Pemeriksaan diabetes/istimewa
Health

Tidur Cukup Tapi Masih Mengantuk? Waspadai Tanda Awal Diabetes!

Media Digital
Kamis, 7 Agustus 2025 - 10:42
Bagikan
Ringkasan Berita
  • Rasa kantuk berlebihan meski tidur cukup bisa menjadi tanda awal diabetes, terutama jika disertai gejala lain seperti sering haus, sering buang air kecil, dan berat badan turun drastis.
  • Diabetes yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi serius seperti kerusakan saraf otonom, hipotensi ortostatik, dan berbagai masalah kesehatan lainnya.
  • Mayapada Hospital menyediakan layanan Sugar Clinic gratis untuk mendeteksi risiko diabetes dan memberikan panduan gaya hidup sehat, termasuk skrining berbasis AI dan konsultasi medis.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA - Sering merasa kantuk meski sudah tidur cukup? Bisa jadi itu hanya efek kelelahan setelah beraktivitas seharian. Tapi jika kantuk muncul terus menerus hampir setiap hari meski merasa sudah memiliki waktu cukup untuk istirahat, kondisi ini patut diwaspadai karena bisa menjadi tanda awal diabetes.

Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrinologi Metabolik dan Diabetes Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Herry Nursetiyanto, Sp.PD-KEMD, FINASIM, rasa kantuk berlebihan termasuk gejala yang sering dialami penderita diabetes, terutama saat kadar gula darah tidak stabil.

“Jika gula darah terlalu tinggi (hiperglikemia), tubuh membuang glukosa melalui urine (glikosuria), mengakibatkan tubuh banyak kehilangan cairan, darah mengental, dan oksigen ke otak berkurang, hingga tubuh terasa lelah dan mengantuk,” jelasnya.

Sebaliknya, saat gula darah terlalu rendah (hipoglikemia), otak kekurangan glukosa sebagai sumber energi, bahkan bisa mengganggu fungsi sel-sel saraf otak (neuroglikopenia).

Gejalanya bisa berupa gemetar, berkeringat, lapar, dan jantung berdebar. “Jika gejalanya terjadi secara perlahan, terutama saat malam hari, dan tidak segera ditangani, dapat menimbulkan kelelahan berat, bingung, mengantuk, hingga pingsan atau koma,” tambahnya.

Lalu, bagaimana cara membedakan kantuk biasa dengan kantuk karena diabetes? Dokter Herry menjelaskan “Rasa kantuk berlebihan, bahkan setelah tidur cukup, bisa menjadi tanda awal diabetes, terutama jika disertai riwayat keluarga dengan diabetes. Waspadai juga gejala lainnya seperti sering haus, sering buang air kecil, mudah lapar, pandangan kabur, berat badan turun drastis, sulit berkonsentrasi, hingga merasa lemas sepanjang hari.”

Dalam jangka panjang, diabetes yang tidak terkontrol juga bisa menimbulkan komplikasi yang merusak saraf-saraf otonom, yaitu sistem yang mengatur fungsi tubuh secara otomatis, seperti tekanan darah.

“Ketika fungsi ini terganggu, tekanan darah bisa turun secara tiba-tiba saat berdiri (hipotensi ortostatik). Akibatnya, aliran darah ke otak berkurang sementara dan memicu rasa pusing, lemas, dan mengantuk,” tambahnya.

Meski sering dianggap sepele, kantuk terus-menerus bisa berdampak besar bagi kesehatan. Selain mengganggu aktivitas sehari-hari, kondisi ini juga dapat menurunkan kualitas hidup, mulai dari hilangnya fokus hingga pola makan dan aktivitas fisik yang menjadi tidak teratur.

Tak banyak yang menyadari bahwa kantuk terus-menerus, bisa menjadi gejala awal prediabetes atau diabetes. Tanpa pemeriksaan dan perubahan gaya hidup, kondisi ini bisa berkembang menjadi diabetes, yang jika tidak dikontrol dengan baik akan menimbulkan berbagai komplikasi serius seperti luka yang sulit sembuh, gagal ginjal, stroke, serangan jantung, hingga kebutaan.

Namun, jangan khawatir! Rasa kantuk akibat gangguan gula darah dapat dicegah dengan menerapkan pola makan seimbang, tidur yang cukup, pengelolaan gula darah, pengelolaan stres, dan rutin beraktivitas fisik. Dokter Herry menambahkan, “Segera periksa ke dokter untuk memastikan kemungkinan prediabetes atau diabetes, atau gangguan metabolik lainnya.”

Sebagai langkah antisipatif terhadap risiko diabetes, Mayapada Hospital menghadirkan Sugar Clinic sebagai pusat layanan kesehatan GRATIS bagi semua kalangan. Layanan ini membantu mendeteksi risiko prediabetes dan diabetes, memberikan manajemen menyeluruh, serta panduan gaya hidup guna menjaga metabolisme tetap sehat. Layanannya mencakup skrining berbasis AI, pemeriksaan gula darah (HbA1c dan kolesterol), serta konsultasi medis dan pendampingan gaya hidup sehat yang terintegrasi.

Layanan ini tersedia di beberapa unit Mayapada Hospital di Jakarta Selatan (Lebak Bulus dan Kuningan), Tangerang, Bandung, dan Surabaya. Untuk booking skrining bisa dilakukan melalui MyCare, termasuk jadwal konsultasi dengan dokter dan akses kegawatdaruratan melalui fitur Emergency Call.

MyCare menyediakan fitur Health Articles & Tips, berisi informasi dan tips seputar kesehatan tubuh, serta fitur Personal Health, yang terhubung dengan Health Access dan Google Fit, yang memantau langkah, kalori, detak jantung, hingga BMI.

Unduh MyCare sekarang dan dapatkan reward poin potongan harga untuk berbagai jenis pemeriksaan di seluruh unit Mayapada Hospital.

Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Terpopuler

Rekomendasi Kami