Bisnis.com, JAKARTA— Tahun 2016 menjadi momentum penting bagi industri perfilman Indonesia. Setelah sekian lama, kegairahan penonton kembali bangkit dengan adanya sepuluh judul film yang mencapai box office.
Seiring berkembangnya industri perfilman, para sineas juga semakin kreatif menggali cerita, mulai dari cerita yang umum, hingga menjurus pada sebuah cerita lokal kedaerahan.
Menurut Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triwan Munaf jika ada dua hal yang saat ini banyak terjadi di industri perfilman. Pertama adalah cerita lokal yang berpotensi difilmkan dan bisa difilmkan secara nasional, dan film yang dibuat secara lokal di luar Jakarta seperti di Sulawesi dan Bali.
Meski film-film lokal tersebut memiliki anggaran yang tidak besar, namun dengan penggarapan story telling yang baik, yang berpotensi menjadi film yang berhasil.
Triawan pun optimistis jika produksi film lokal bisa berhasil. Hal tersebut dikarenakan pemahaman para pembuat film lokal, sangat menjiwai cerita-ceritanya. Dan juga cara pepenggarapan yang spesifik dengan bahasa setempat dan menjadi sangat autentik. “Itu kekuatan film lokal, salah satunya autentik. Film daerah itu keasliannya sangat berasa,” jelas Triawan belum lama ini kepada Bisnis.
Perihal persaingan di industri, menurut Triawan yang paling penting ada rasa percaya diri, jika produksi film lokal itu bukan untuk penonton lokal saja, tapi bisa menjadi konsumsi nasional. Yang juga penting adalah kekuatan cerita, sehingga tak hanya nasional bahkan bisa diterima secara internasional.
“Kami sangat incourage untuk menggali cerita-cerita lokal. Tak usah cerita lama, tapi cerita-cerita kontemporer tapi sifatnya lokalitas. Misalnya ada kondisi yang bertabrakan dengan tradisi dan kondisi kekinian yang bisa digali dan bisa menjadi potensi yang luar biasa,” katanya.
Untuk mendorong potensi lokal trsbut, Triawan mengatakan jika Bekraf selalu memberikan bantuan teknis, seperti pelatihan bagaiman membuat skenario untuk dikirim di lab-lab film, ke screen lab. “Saya lupa detailnya, tapi salah satu yang telah kita kerjakan dengan mengirim skenario ke Torino Film Lab. Dan itu akan kami lakukan setiap tahunnya,” pungkasnya.
Tak hanya di Torino, tapi lab-lab film lainnya juga. Di sana [film lab], bukan mau dijadikan film international tapi justru dikuatkan cerita aslinya hingga betul-betul bagus. Karena justru cerita lokal bisa berpotensi internasional dengan membawa ciri lokal, bahasa lokal, konflik sosial setempat dan lain-lain.