Bisnis.com, JAKARTA - Perang Jawa merupakan salah satu pertempuran terbesar yang nyaris membuat bangkrut penjajah Wlanda. Perang tersebut berlangsung selama lima tahun (1825-1830) yang menelan kerugian yang tidak sedikit bagi kedua belah pihak.
Perlawanan Pangeran Diponegoro bukan hanya mengakibatkan kematian 15.000 serdadu dan kerugian 25 juta Gulden pada pihak penjajah, tapi juga memakan korban 200.000 rakyat Jawa dan menghancurkan seperempat lahan pertaniannya.
Kehancuran dan kerugian tersebut mendorong penjajah untuk menerapkan Cultuurstelsel, Sistem Tanam Paksa, yang mengakibatkan penderitaan bagi petani Jawa selama 40 tahun yang berikutnya.
Di balik setiap perang, ada saja orang yang ingin mengambil keuntungan dan memperkaya diri sendiri. Bagi sang Bandar Bala yang berotak licin berhati dingin, segala kehancuran dan kematian itu ibarat kapak dan api pada musim tebang-bakar: membasmi sekaligus menyuburkan kembali ladang tempatnya bakal mengeruk keuntungan.
Kisah seru itulah yang bakal diungkapkan dalam pentas dongeng sejarah, “Balada Cinta si Bandar Bala”. Lakon seru sekaligus kocak ini diracik dapoerdongeng bekerja sama dengan Teater Koma. Pentas penutup season 5 AkhirPekan@MuseumNasional ini akan diadakan pada Minggu, 10 Desember 2017 di Museum Nasional Indonesia.
Usai menonton pentas ini, pemandu museum yang juga berperan sebagai aneka karakter dari sejarah Nusantara, bakal mengajak anak-anak yang dibekali Peta Jelajah untuk “berburu” berbagai artefak dalam koleksi Museum Nasional yang terkait dengan episode sejarah yang barusan mereka tonton.
Tidak selesai di museum, petualangan seru ini pun berlanjut secara daring. Penonton orangtua didorong untuk mengajak anak-anaknya berdiskusi dengan cara mengakses bersama media sosial Akhir Pekan di Museum yang berisi fakta-fakta menarik terkait untuk melengkapi Peta Jelajah mereka dengan berbagai stiker tokoh-tokoh, flora dan fauna, serta peristiwa sejarah Nusantara.
Lakon “Balada Cinta si Bandar Bala” terinspirasi dari artefak pusaka nusantara dan Eropa yang menjadi koleksi Museum Nasional Indonesia. Lakon tersebut juga mengajak kita melalui kisah tentang peran manusia dan kekuatan dunia dalam mengeksploitasi berkah alam Nusantara menjelang akhir Perang Jawa dan pelaksanaan sistem Tanam Paksa pada awal abad ke-19.