Otak/medicaldaily.com
Health

Menkes : Belum Ada Obat untuk Radang Otak Japanese Enchepalitis

Amanda Kusumawardhani
Jumat, 2 Maret 2018 - 12:04
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA--Kementerian Kesehatan meyakini upaya Kampanye Imunisasi untuk mencegah penyebaran Radang Otak Japanese Encephalitis (JE) mampu menjangkau 95% dari total sasaran 962.810 anak.

“Sampai saat ini belum ada obat untuk JE dan imunisasi adalah cara yang paling efektif untuk mencegah JE pada manusia. Karena itu, diperlukan upaya sungguh-sungguh untuk mensukseskan Kampanye Imunisasi JE ini," kata Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloe, mengutip keterangan resminya, Jumat (2/3).

Tahun ini, introduksi imunisasi JE akan dimulai di provinsi Bali. Kegiatan introduksi ini didahului dengan Kampanye Imunisasi JE yakni upaya pemberian imunisasi JE secara massal pada Maret sampai dengan April 2018, termasuk sweeping.

Sebagai bagian dari catch up campaign di daerah endemis JE di Indonesia, imunisasi JE diberikan pada seluruh anak usia 9 bulan sampai dengan kurang dari 15 tahun. Untuk selanjutnya, imunisasi JE akan masuk ke dalam jadwal imunisasi rutin di Bali dan diberikan pada anak usia 10 bulan.

Kampanye imunisasi JE dilaksanakan dengan tujuan untuk mengendalikan penyakit JE di daerah berisiko JE. Secara khusus, diharapkan introduksi imunisasi JE mampu menurunkan angka kasus AES dan menurunkan angka kesakitan akibat penyakit JE.

Pelayanan imunisasi dilakukan di pos pelayanan imunisasi yang telah ditentukan, antara lain Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak, SD/MI/sederajat, SDLB dan SMP/MTs/sederajat dan SMPLB, Posyandu, Polindes, Poskesdes, Puskesmas, Puskesmas pembantu, Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

Virus JE merupakan penyebab utama kejadian penyakit ensefalitis virus di Asia. WHO (2012) menggambarkan bahwa negara-negara berisiko JE ditemukan hampir di seluruh wilayah Asia antara lain Jepang, Korea, India, Srilanka, dan Indonesia serta sebagian northern territory di Australia.

Seperti di negara-negara lain, di Indonesia jumlah kasus JE didapatkan melalui surveilans Acute Encephalitis Syndrome (AES). Seperti kita ketahui bahwa tanda klinis dari JE tidak dapat dibedakan dengan penyebab lain dari AES, sehingga konfirmasi laboratorium menjadi sangat penting. Kasus JE adalah kasus AES yang telah dikonfirmasi positif dengan pemeriksaan laboratorium (IgM) positif.

Di Indonesia, pantauan infeksi JE pada kelompok masyarakat di berbagai wilayah dimulai dari penelitian yang dilakukan berbagai kelompok dan institusi sejak tahun 1972.

Dilanjutkan dengan surveilans berbasis masyarakat di Bali oleh Kemenkes (2001-2003). Tahun 2014 Kemenkes bekerja sama dengan WHO mengembangkan surveilans sentinel JE di Bali dan empat provinsi berisiko lainnya. Tahun 2016, surveilans sentinel JE dikembangkan sehingga menjadi 11 provinsi.

Data surveilans kasus JE di Indonesia pada 2016 menunjukkan bahwa terdapat sembilan provinsi yang melaporkan adanya kasus JE, diantaranya adalah Provinsi Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Kepulauan Riau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro