Bisnis.com, JAKARTA – Duta Fine Arts Foundation menggelar pameran karya-karya perupa Bondan di Pameran yang digelar di Galeri Duta Fine Arts Foundation, Kemang Utara, Jakarta, sejak 27 Maret hingga 27 April 2018.
Dalam pameran ini Bondan menghadirkan sebanyak 63 karya seni lukisan. Karya-karya tersebut seluruhnya dibuat di atas kanvas dengan medium akrilik. Karya-karya tersebut bertarikh 2009-2018.
Kurator Duta Fine Arts Foundation Didier Hamel mengatakan bahwa dalam pameran ini Bondan menghadirkan karya-karya terbilang ‘kuno’ dibandingkan para perupa Indonesia lainnya saat ini. Menurutnya, hal itu menjadi kekuatan Bondan di tengah gempuran karya seni modern dan kontemporer saat ini.
“Banyak perupa Indonesia yang sudah kehilangan rasa Indonesianya, Bondan tidak. Hal itu yang membuat karyanya sangat saya sukai,” katanya.
Dari langgam lukisannya, memang Bondan sangat memasukan unsur-unsur warna khas seni rupa Indonesia dan Asia. Contohnya ada dominasi warna coklat, hijau, dan merah yang menurut Hamel justru menambah kekuatan karya-karya Bondan.
Meski banyak memasukkan unsur warna Asia, Bondan juga memasukkan unsur warna-warna langit yang cenderung menyerupai lukisan eropa. Warna langit Indonesia dalam beberapa lukisan pemadangannya yang seharusnya tropikal, justru terlihat lebih seperti langit eropa yang kalem dengan warna-warna pastel.
Sementara itu, berdasarkan bentuknya objek dalam lukisannya, Bondan terlihat sangat memasukkan banyak unsur drawing dan karikatur. Meski begitu, Hamel menegaskan bahwa sang perupa bukanlah perupa dengan latar belakang karya karikatur.
“Saya minta dia buat karikatur tetapi dia tidak mau,” katanya.
Hamel mengatakan, hal yang menarik dan baru dalam pameran ini adalah ereksplorasi Bondan dengan menghadirkan karya-karya dengan objek pemandangan atau lanskap alam Indonesia seperti sawah dan gunung.
Lebih menarik lagi, karya-karya tersebut juga menampilkan muatan surealisme. Gambaran Pulau Dewata misalnya, dia buat menjadi pulau terapung di atas awan. Eksplorasi karyanya kali ini, menurut Hamel akan banyak disukai para kolektor, terutama dari kalangan ekspatriat.
“Karena unsur Indonesia-nya sangat kuat, orang luar justru lebih menyukai karya seperti itu. Sementara orang Indonesia sendiri lebih banyak menyukai karya-karya yang bergaya global, karya seni kontemporer, modern,” katanya.