Bisnis.com, DENPASAR - Gurat Art Project bersama Richstone Art & Design bakal menggelar ajang penjaringan, pameran, dan penghargaan seni untuk mengangkat seniman pemula yang memiliki potensi artistik dan kualitas estetik.
Kurator Wayan Seriyoga Parta mengatakan acara perdana Arc of Bali (Busur Bali) 2018 yang mengambil tajuk ‘Repositioning’ ini merupakan gagasan sederhana yang mempertimbangkan posisi Bali melalui sebuah usaha serius mendorong Pulau Dewata menjadi sebuah ‘art world’.
“Art Award bagi 5 karya terbaik diperuntukkan sebagai dukungan, dengan menyiapkan serangkaian skema operasional untuk karya-karya terpilih dapat berkembang dan membuka peluang bagi perupa dapat menapaki eksistensi dan orientasi karir ke depan,” katanya, kamis (5/7/2018).
Menurut Seriyoga para seniman pemula bisa mengajukan karya untuk ikut serta dalam ajang ini dengan mengirimkan foto karya beserta penjelasannya dan mengisi formulir dari situs Gurat Institute dengan batas pengiriman paling lambat 25 Agustus 2018.
Setelah diseleksi dewan penilai yakni Rizki A. Zaelani (kurator), Nyoman Erawan (perupa), dan Wayan Seriyoga Parta (kurator), peserta terpilih diumumkan pada 1 September. Sedangkan pameran digelar pada 25 September-24 Oktober di Gate 88 Gerbang Nusantara Kerobokan, Kuta, Bali.
Seriyoga menjelaskan berkaca dari sejumlah pembahasan selama ini tentang seni rupa Bali pada umumnya melihat perkembangan visual yang berkesinambungan, dan memiliki dasar pengembangan dari nilai-nilai tradisi budaya Bali.
Perkembangan seni rupa Bali modern identik dengan eksplorasi visual yang mengangkat dari nilai-nilai simbolik dan filosofis yang bersumber dari tradisi kebudayaan Bali. Karakternya modernis tetapi sarat dengan konten budaya lokal, yang menjadikan seni rupa Bali modern menunjukan wajah lain’yang sarat dengan muatan identiter.
Kini ketika eranya telah berkembang begitu pesat di dalam kondisi yang disebut contemporeniti, telah membawa seni rupa menjadi begitu menglobal disatu sisi beragam dan di sisi lain juga menjadi seragam (uniformity).
Kurator Made Susanta Dwitanaya menambahkan pada lapisan yang lain seni rupa kontemporer dihadapkan pada tantangan relativisnya nilai seni (value of art) di dalam komodifikasi yang semakin dikendalikan kekuatan ekonomi kapital.
Seni rupa kontemporer dirayakan dengan semangat fetisisme global yang dipercayai memiliki dimensi investasi besar dan meyakinkan karena didukung oleh art world yang terus bertumbuh.
Dalam optimisme dan kenisyacaan seni rupa kontemporer tersebut, Arc of Bali ingin mengajak para pelaku seni rupa (Bali) khususnya perupa untuk kembali berkaca pada eksplorasi kreativitas. “Menimbang kembali nilai historis seni rupa Bali yang ‘lain’ itu, yang senantiasa mempertimbangkan nilai-nilai budaya,” katanya.