Bisnis.com, JAKARTA - Masih teringat jelas pada pembukaan Asian Games 2018, ada sekitar 1.500 penari perempuan yang tampil kompak menarikan tarian 'Tari Garis Indonesia' atau yang orang ketahui sebagai Tari Ratoh Jaroe.
Tarian yang berhasil memukau puluhan ribu mata penonton tersebut di Koreograferi oleh Denny Malik.
Nama Denny di dunia koreografi Indonesia memang sudah tidak asing lagi, laki-laki kelahiran 18 Februari 1963 ini memang sudah terkenal sebagai salah satu koreografer terbaik Indonesia.
Dia juga sudah banyak melatih penari untuk menyambut tamu negara, salah satu karyanya adalah tarian Zapin dan Rampak Gendang saat menyambut Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud yang datang ke Indonesia tahun lalu.
Awal mula dirinya ditunjuk untuk menjadi koreografer acara pembukaan Asian Games adalah ketika dia dihubungi oleh Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia Triawan Munaf dan Direktur Kreatif panitia penyelenggara Asian Games 2018 (Inasgoc) Wishnutama.
"Alhamdulillah, ini adalah tugas karena ini tidak seperti pertunjukan-pertunjukan biasa," tuturnya kepada Bisnis.
Denny mengajari 2.200 penari yang tergabung dari berbagai Sekolah Menengah Atas selama 5 bulan sejak Maret 2018. Denny menuturkan mengajari para penari yang rata-rata umurnya masih sekitar 15-16 tahun bukanlah hal yang mudah.
"Apalagi anak-anak zaman sekarang kan maunya yang serba cepat, instan," kata Denny sambil tersenyum mengingat momen mengajari para penari tersebut.
Dirinya mengakui dia setiap kali ada anak yang terlihat kurang bersemangat dia selalu memotivasi dengan kata-kata "kalian adalah representasi dari para pemuda dan pemudi Indonesia, dan momen adalah momen bersejarah, acara seperti ini bisa jadi hadir di saat nanti kalian sudah tua, jadi kalian harus terus bersemangat".
Setiap dia mengatakan kalimat tersebut para penari yang dilatihnya kembali terbakar semangatnya. Sehingga, para penari itu mampu tampil dengan baik dan mendapatkan komentar yang positif dari para penonton.
"Semua itu adalah keajaiban, saya sangat bersyukur dengan konsestensi mereka, dengan uletnya mereka kemarin mereka bisa tampil dengan baik, saya juga berterima kasih untuk para pelajar tersebut," tuturnya.
Denny memulai karir di dunia seni sebagai penari pada 1979 namun dia baru debut secara profesional sejak tahun 1985. Sejak saat itu dia mengatakan kalau dirinya makin cinta pada dunia seni dan fokus untuk menjalani profesinya.
Lelaki berusia 55 tahun ini juga mengatakan bahwa berprofesi sebagai seniman adalah sebuah pekerjaan yang mendatangkan rasa damai.
"[sebagai seniman] kamu tidak punya bos, mau terima show atau enggak, itu kan terserah kamu," tuturnya.
Hal tersebut dikatakan Denny karena profesi senimana berhubungan dengan suasana hati. Seorang seniman tidak dapat menghasilkan karya yang indah tanpa lahir dari lubuk hatinya.
Untuk diketahui, Denny bukanlah seniman yang dihasilkan dari bangku sekolah kesenian. Dia tidak pernah mengenyam pendidikan khusus seni selama hidupnya.
"Saya otodidak, learning by doing, namun untungnya dari umur saya 16 tahun setiap saya magang [di teater], saya dapat gurunya bagus, jadi ke sininya saya menerapkan seni juga dengan cara yang benar," kata Denny.
Oleh karena itu, ketika ditanya resep suksesnya di dunia seni, Denny mengatakan semua karena dia lakukan dari hati.
"Seni itu dapat tersampaikan ketika kita mengerjakannya dari hati, saya sebagai seniman bahagia menjalaninya, jadi apa yang ingin saya sampaikan melalui tarian, Alhamdulillah tersampaikan," tuturnya.
Laki-laki yang juga berprofesi sebagai aktor dan penyanyi selain mengatur koreografer Tari Ratoh Jaroe, dia juga yang melatih tarian kolosal era Majapahit dan tarian 'Wings' saat menjadi tarian latar saat Putri Ayu menyanyikan lagu Melati Suci.