Bisnis.com, NUSA DUA – Bali International Film Festival kembali digelar pada 24-30 September 2018 dengan menargetkan lebih dari 10.000 pengunjung atau naik 20% dari realisasi tahun sebelumnya.
Festival Founder Bali International Film Festival Deborah Gabinetti mengatakan acara ini akan menayangkan lebih dari 100 film pendek, feature film, dan film dokumenter dari 30 negara. Khusus untuk tahun ini, festival akan berfokus pada film-film produksi Indonesia.
Tema festival tahun ini adalah "Timeless", yakni memperlihatkan bahwa film dapat menyampaikan cerita-cerita manusia yang terkecil serta momen-momen singkat yang dapat mengubah emosi.
Gelaran yang lebih dikenal dengan nama Balinale ini akan dibuka dengan film Indonesia berjudul "Sultan Agung" yang disutradarai Hanung Bramantyo dan diproduksi oleh Wakil Ketua II Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Mooryati Soedibyo.
Adapun film penutup adalah "Shoplifters", film garapan Hirozaku Kore-eda yang meraih Palme d'Or alias film terbaik dalam Cannes Film Festival 2018.
“Tahun ini, lebih banyak partisipasi film Indonesia seperti "Sultan Agung". Secara keseluruhan, ada 40 sineas dari seluruh dunia yang diundang,” terangnya, Selasa (28/8/2018).
Gabinetti menuturkan selama 12 tahun terakhir, festival ini telah menayangkan film-film lokal dan internasional bagi masyarakat Indonesia dan mempertemukan sineas, produser, dan sutradara dari seluruh dunia. Kegiatan ini pun diharapkan dapat semakin mengembangkan industri film Indonesia.
Balinale akan digelar di dua lokasi yakni Lippo Mall Kuta dan Plaza Renon. Penjualan tiket dimulai pada 1 September 2018 dan dapat dibeli di laman Cinemaxx. Rincian lengkap mengenai festival ini dapat dilihat di www.balinale.com.
Menurutnya, penyelenggaraan acara di dua tempat berbeda akan memberikan pilihan bagi pengunjung.
Lokasi festival yang berada di Plaza Renon, Denpasar diharapkan mampu menarik pengunjung lokal dari usia remaja. Sementara itu, Lippo Mal Kuta ditargetkan menarik kunjungan kaum ekspatriat.
“Kami sengaja mengadakan di Bali karena telah dikenal dunia dan mampu menjadi lokomotif untuk perkembangan industri film, terutama peran orang lokal Indonesia dalam industri ini,” tambah Gabinetti.