“Logika akan membawa Anda dari A ke Z. Imajinasi akan mengajak Anda kemana saja” (Albert Einstein).
Lagu legendaris Bohemian Rhapsody yang menjulangkan nama Queen menjadi super group band hebat, diciptakan oleh Freddy Mercury, melalui proses panjang. Sang produser menolak mentah lagu itu. “Apa ini?! Galileo Galileo? Bismillah? Mama mia mama mia?! Apa ini maksudnya ? Arahnya kemana ?!”
Sang produser bersikukuh dengan pola pikir A ke Z, berpikir logis. Sebaliknya, Queen menggunakan jurus imajinasi. Dengan perdebatan keras, lagu itu akhirnya dimunculkan, dan menjadi best seller yang tak terkirakan suksesnya.
Hal itu terwujud berawal dari imajinasi Mercury yang ‘liar’. Dia keluar dari pakem normal. Sekadar lagu rock? Bukan. Hard rock? Iya. Opera? Ada. Lagu pop? Ada. Sulit mengatakan itu sebuah lagu yang ‘normal’. Bohemian Rhapsody adalah suatu hasil imajinasi yang dikreasikan oleh para genius musik yang langka.
Definisi Merriam-Webster menyatakan bahwa imajinasi adalah suatu aksi atau kekuatan atau bentuk gambaran mental mengenai sesuatu yang tak nyata, dalam arti sesuatu itu belum ada atau terbentuk dalam realita. “Imajinasi akan seringkali membawa ke dunia yang tak pernah kita injak. Tanpa imajinasi, kita tak akan kemana-mana,” kata Carl Sagan, seorang astronomis dan kosmologis.
Imajinasi juga dilakukan anak-anak dalam kehidupan mereka bermain-main. “Imajinasi adalah dunia nyata bagi seorang pemimpi,” kata Scott Ringenbach, pengajar matematika dan penulis buku.
Seorang anak lelaki, di seputar balita, akan tahan berjam-jam bermain-main dengan mobil-mobilan atau dengan mainan ‘super hero’ yang makin banyak dijajakan. Seorang anak wanita, pun bisa asyik berjam-jam dengan boneka. Mereka berimajinasi, berfantasi sesuai dengan kehendak mereka.
Dalam digital games yang juga dinikmati oleh kanak-kanak itu, tersaji permainan yang imajinatif, yang tak terbayangkan dalam dunia nyata. Permainan itu memikat dan bahkan seringkali menjadi ‘candu’. Bukan saja bagi para anak kecil tetapi juga dicandui oleh banyak remaja beranjak dewasa.
Jika kita amati, banyak sekali film hiburan yang sangat imajinatif. Mereka tak ada dalam realita kehidupan manusia sehari-hari. Mereka diwujudkan sebagai suatu hasil imajinasi para pencipta film-film itu.
Para sineas ini, dari imajinasi dalam kepala mereka, berhasil berinovasi dan berkreasi mewujudkan dunia dan mahluk yang ‘aneh-aneh’ dan unik, yang tak terbayangkan oleh sebagian besar pencinta film. Star Wars, salah satu film imajiner yang paling terkenal. Selain itu, film mengenai mahluk ‘mutant’ ataupun film zombie.
Pendaratan manusia ke bulan pertama kali oleh astronaut Neil Armstrong dan Buzz Aldrin pada 20 Juli 1969 adalah suatu hasil imajinasi para ilmuwan Amerika Serikat. Mereka, pada saat itu dalam suasana cold war dengan Uni Soviet yang telah berhasil lebih dahulu mengirim kosmonautnya, menjelajah ruang angkasa luar, Yuri Gagarin pada 1961.
Pencapaian Soviet itu memantik imajinasi para ilmuwan Amerika. Lalu, berjuanglah mereka dengan imajinasi tiada batas, berinovasi hingga mereka menemukan suatu tujuan yang ingin mereka wujudkan: mendaratkan manusia pertama kalinya di bulan.
Dalam kancah perang dingin itu, para ilmuwan Amerika berhasil meyakinkan Presiden Kennedy, pada Mei 1961 untuk mulai mewujudkan kreasi mereka. Proyek yang “tak terbayangkan”, mendaratkan manusia di wilayah yang tak tersentuh oleh manusia selama berabad-abad.
Steve Jobs, banyak berimajinasi yang kemudian menghasilkan produk-produk yang mendunia, Apple II, komputer Macintosh, lalu disusul iPod, iPhone, iPad. Dia mulai berimajinasi sejak orang tuanya membeli sebuah rumah yang direnovasi oleh Joseph Eichler. Jobs belakangan menuliskannya, bagaimana desain arsitektur Eichler yang “bersih dan sederhana yang harganya terjangkau oleh orang berpenghasilan rendah”, menginspirasinya untuk berinovasi bersama segenap anggota timnya.
Tak kenal lelah, dengan serangkaian proses trial dan error yang mereka lakukan secara marathon, dengan passion yang dilecut oleh Jobs, mereka sukses mewujudkan imajinasi Jobs dalam produk kreatif yang kehebatannya tak dapat disangkal.
“Saya sangat senang bila Anda dapat menenteng desain yang sangat hebat dan dengan kemampuan optimal tetapi tak mahal.” Inspirasi itu melecut imajinasinya dan sekarang hasil kreasinya dinikmati oleh ratusan juta manusia di dunia.
“Imajinasi adalah awal dari kreativitas . Anda mengimajinasikan apa yang Anda inginkan, Anda membentuk apa yang Anda imajinasikan, dan pada ujungnya Anda mewujudkan apa yang Anda inginkan,” kata George Bernhard Shaw.
Kreativitas dari hasil imajinasi itu yang membuat Ford Motor Company sukses sebagai pionir pabrikan mobil yang memperkenalkan jurus assembly line (ban berjalan ) yang dirintis pada 1896, di Detroit. Proses asembling pertama berjalan pada Juli 1903. Lalu 5 tahun kemudian, produk model T yang legendaris berhasil diluncurkan, secara massal dan merajai pasar mobil. Pertengahan 1914 telah beredar 500.000 unit model T, dan separuh mobil di Amerika adalah mobil Ford.
Para pemain ‘startup’ di dunia ini, dalam ranah digital adalah orang-orang yang tak akan berhenti berimajinasi untuk menghasilkan produk-produk digital yang kreatif yang dapat memenuhi atau membantu kebutuhan kehidupan masyarakat dunia. Dari imajinasi mereka, akan terus kita lihat kreativitas mereka dalam berbagai bentuk yang berada di luar bayangan pemikiran kita. Mereka menjungkir balikkan banyak proses bisnis yang konvensional, yang tak efisien dan berbelit.
“Daya imajinasi membuat kita tak terhingga,” kata John Muir, filsuf lingkungan hidup keturunan Skotlandia-Amerika.
“Imajinasi adalah tapak jalan emas kemana saja,” kata Terence Mc Kenna, psychonaut sekaligus pengajar dan penulis.
Karena imajinasi itu adalah suatu proses yang sangat terbuka, tiada batas, tak tertutup bila kemudian timbul imajinasi ke arah yang negatif. Sebagaimana pisau yang bermata dua.
Berimajinasi lalu berkreasi untuk korupsi, misalnya bisa saja ini terjadi dan dilakukan. Berimajinasi untuk membuat negara ini keruh dan berantakan, juga mungkin saja dilakukan. Ini terutama dilakukan oleh para politisi yang ambisius, yang rela menghalalkan secara cara, termasuk memakai jurus sektarian dan pecah belah masyarakat yang sangat merusak.
“Anda memiliki banyak alasan untuk bisa mewujudkan mimpi Anda di dunia ini. Imajinasi ditambah inovasi akan menghadirkan realisasi,” kata Denis Waitley, penulis dan motivator.
Sungguh sangat melegakan bila kita semua, dengan kesungguhan hati, terus mengembangkan imajinasi untuk mewujudkan visi para pendiri negara ini, mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.