Bisnis.com, JAKARTA – Menghasilkan secangkir kopi yang nikmat, bukan hanya tentang bagaimana cara meraciknya saja tetapi sudah dimulai sejak proses produksi untuk mendapatkan biji kopi berkualitas dari para petani kopi.
Kopi Abah bersama Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) dan Santri Millenial Center (SIMAC) mengadakan diskusi bertajuk “Menata Hulu hingga Hilir Perkopian Indonesia Melalui Peningkatan Kesejahteraan Petani Kopi melalui Produktifitas Kebun”.
Diskusi yang digelar di Gedung Kopi ini dihadiri oleh berbagai kalangan mulai dari asosiasi petani kopi, anak-anak muda barista, pengusaha kedai kopi, hingga pengamat kopi. Kehadiran mereka merupakan bentuk semangat kebersamaan untuk membangun sinergitas dari hulu hingga hilir perkopian di Indonesia.
“Persoalan kopi ini memang perlu ditata mulai mulai dari bagaimana produksi kopi di kebun. Salah satu yang menjadi masalah mengapa tidak banyak petani kopi yang mau menggarap kebunnya karena tingkat produktifitas rendah sehingga hasil panen tidak cukup untuk menutupi kebutuhan keluarga”, ujar Kirom General Manager AEKI, dalam rilis yang diterima Bisnis, Sabtu (13/4/2019).
Ida, salah seorang petani kipi asal lereng Gunung Bromo mengatakan perlu adanya pembenahan ulang terkait pengelolaan kebun kopi (hulu) terutama penggunaan pupuk organik. Hal ini telah dilakukannya, dan terbukti terjadi peningkatan kuantitas dan kualitas produktifitas secara keberlanjutan yang lebih baik saat perawatan kebun dilakukan dengan benar.
Melihat potret persoalan tersebut Ahmad Syauqi Maruf Amin, penasehat SIMAC menginisiasi dibentuknya FOSKO HULIKO ( Forum Sinergi Komunitas Hulu Hilir Kopi) sebagai wadah silaturahmi sinergi antar elemen yang bergerak di bidang perkopian.
“Dalam pandangan saya enterpreuner itu ya dari petani sampai penjual cafe, semua dari hulu sampai hilir itu enterpreuner.Hadirnya FOSKO HULIKO ini diharapkan bisa membangun pandangan bahwa dari hulu dan hilir kopi itu adalah bentuk enterprenuership,” ujar putra K.H Maruf Amin ini.