Bisnis.com, JAKARTA - Makin tua, makin sering lupa. Makin tua, pikun pun melanda.
Ya, seiring pertambahan usia, otak manusia mengalami penurunan fungsi. Hal ini tidak dapat dicegah dan dihentikan, karena terjadi akibat kondisi degeneratif sesuai usia.
Tetapi, apa jadinya jika pikun belum pada waktunya? Tentu ada masalah di sini. Hal ini juga menunjukkan bahwa demensia bisa terjadi sebelum lanjut usia.
Di sisi lain, meskipun usia adalah faktor risiko terbesar dari demensia, bukan berarti kondisi ini tidak dapat diperlambat.
World Health Organization (WHO) telah merilis pedoman pencegahan demensia, salah satunya adalah melakukan aktivitas fisik sebagai kegiatan penting untuk mencegah penurunan kognitif.
Jika masyarakat tak ingin demensia sebelum waktunya, sangat dianjurkan untuk melakukan diet sehat, berhenti merokok, dan menghindari penggunaan alkohol yang berbahaya.
Demensia berbeda dengan pelupa, walaupun pelupa merupakan salah satu tanda orang yang demensia. Perbedaannya sebetulnya cukup kentara.
Begini, apabila Anda sering lupa meletakkan barang atau melupakan nama orang, Anda berarti pelupa yang menunjukkan ada masalah pada memori otak (tetapi bukan demensia).
Akan tetapi, pada orang dengan demensia, mereka bisa salah meletakkan barang dan melupakan fungsi suatu benda, misalnya jam tangan disimpan di kulkas, dompet diletakkan di kamar mandi, atau dia tidak mengerti bahwa sendok digunakan untuk makan.
Penderita demensia sering lupa jalan pulang, sering tersesat, dan tidak mampu menjawab pertanyaan berulang.
“Demensia terjadi karena penurunan kognitif atau penurunan fungsi luhur otak yang disertai dengan perubahan perilaku, bukan penurunan daya ingat saja,” ujar dokter spesialis saraf Gea Pandhita dari RS Pondok Indah Bintaro Jaya, Tangerang.
Dari seluruh fungsi otak seperti fungsi motorik yang mengatur pergerakan, fungsi sensorik, dan fungsi perasa, fungsi kognitif atau fungsi luhur yang paling memegang peranan penting.
Fungsi luhur otak mengatur pemusatan perhatian seperti konsentrasi, daya ingat, orientasi, bahasa, dan pengambilan keputusan dalam diri seseorang.
Apabila terjadi penurunan pada fungsi luhur ini (artinya bukan saja soal daya ingat), inilah yang disebut dengan demensia.
“Penurunan fungsi kognitif sebetulnya normal terjadi karena pertambahan usia, tetapi penurunannya jangan sampai lebih besar dari kondisi normal,” ujar Gea.
Waktu terbaik untuk mendeteksi tanda-tanda demensia adalah masa prademensia.
Pada masa prademensia, penurunan fungsi otak dapat diperbaiki. Namun, apabila sudah telanjur demensia, biasanya tidak bisa diobati lagi.
Cara mendeteksi prademensia adalah dengan rutin melakukan pemeriksaan fungsi otak.
Dalam pemeriksaan fungsi otak akan dilakukan pengecekan terhadap kondisi seseorang misalnya melalui konsultasi tentang perubahan keseharian, emosi, dan gangguan keseimbangan.
Pemeriksaan fungsi kognitif juga dilakukan, diiringi dengan pemeriksaan riwayat penyakit yang dapat menjadi faktor risiko seperti penyumbatan pembuluh darah, diabetes melitus, dan hipertensi. Makin cepat dideteksi, makin mudah ditangani.