Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah studi baru dari para peneliti di Massachusetts General Hospital (MGH) menyatakan, meningkatkan aktivitas fisik dapat secara signifikan dapat mengurangi kemungkinan depresi, bahkan di antara orang-orang yang secara genetik cenderung mengalami kondisi tersebut.
Dalam sebuah makalah yang diterbitkan jurnal Depression and Anxiety, tim melaporkan bahwa individu yang melakukan setidaknya beberapa jam latihan setiap minggu lebih kecil kemungkinan mendapatkan diagnosis depresi, bahkan dalam menghadapi risiko genetik yang tinggi.
Merujuk pada data catatan kesehatan genomik dan elektronik dari hampir 8.000 peserta di Partners Healthcare Biobank, studi ini merupakan yang pertama menunjukkan bagaimana aktivitas fisik dapat mempengaruhi depresi meskipun dengan risiko genetik.
Para peneliti meminta pasien mengisi survei tentang kebiasaan gaya hidup mereka, termasuk aktivitas fisik ketika mereka mendaftar di Biobank. Peneliti kemudian mengumpulkan jutaan titik data catatan kesehatan elektronik dan mengidentifikasi orang-orang yang menerima diagnosis terkait dengan depresi.
Mereka juga menghitung skor risiko genetik untuk setiap peserta, menggabungkan informasi di seluruh genom menjadi skor tunggal yang mencerminkan risiko bawaan seseorang untuk depresi.
Hasilnya ditemukan bahwa orang yang memiliki riwayat genetik lebih mungkin didiagnosis mengalami depresi selama dua tahun ke depan.
Namun, secara signifikan, orang yang lebih aktif secara fisik dalam keseharian lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami depresi, bahkan setelah memperhitungkan risiko genetik.
Selain itu, tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi adalah pelindung bagi orang-orang bahkan dengan skor risiko genetik depresi tertinggi.
"Temuan kami sangat menyarankan bahwa ketika bicara tentang depresi, gen bukan takdir dan bahwa menjadi aktif secara fisik memiliki potensi untuk menetralisir risiko tambahan di masa depan pada individu yang secara genetik rentan," kata Karmel Choi, dari MGH dan Harvard TH Chan School of Public Health, dan penulis utama penelitian ini, dilansir Science Daily, Jumat (8/11/2019).
"Rata-rata, sekitar 35 menit aktivitas fisik tambahan setiap hari dapat membantu orang untuk mengurangi risiko mereka dan melindungi dari episode depresi di masa depan," ujarnya.
Para peneliti menemukan bahwa kedua bentuk aktivitas berintensitas tinggi, seperti latihan aerobik dan bentuk intensitas rendah yakni yoga dan peregangan, dikaitkan dengan penurunan kemungkinan depresi.
Secara keseluruhan, individu dapat melihat pengurangan 17 persen dalam peluang episode baru depresi untuk setiap aktivitas empat jam per minggu.
Depresi merupakan penyebab utama disabilitas di seluruh dunia.
Meskipun beban kesehatannya sangat besar, strategi untuk memerangi depresi tetap terbatas dan pemahaman publik tentang faktor-faktor pelindung yang kuat dan dapat dimodifikasi tidak lengkap.
"Kami memberikan bukti yang menjanjikan bahwa perawatan primer dan penyedia kesehatan mental dapat digunakan untuk berkonsultasi dan membuat rekomendasi kepada pasien bahwa di sini ada sesuatu yang bermakna yang dapat mereka lakukan untuk menurunkan risiko mereka bahkan jika mereka memiliki riwayat keluarga depresi," kata Choi.
Selain aktivitas fisik, tim MGH terus memanfaatkan Mitra Biobank dan studi skala besar lainnya untuk mengeksplorasi cara-cara yang dapat dimodifikasi agar individu dapat mengurangi risiko depresi mereka.
"Kami percaya mungkin ada banyak faktor yang bisa menjadi bagian dari strategi keseluruhan untuk meningkatkan ketahanan dan mencegah depresi. Besarnya depresi di seluruh dunia menggarisbawahi perlunya strategi efektif yang dapat berdampak pada sebanyak mungkin orang," tegas Choi.