Bisnis.com, JAKARTA - Bila Anda sering sekali mengonsumsi mi instan, maka siap-siaplah untuk menghadapi beberapa risiko penyakit yang bisa muncul pada jangka panjang.
Dilansir dari Guardian, Selasa (29/7/2025), studi terbaru menunjukkan bahwa konsumsi mi instan secara rutin bisa berisiko besar bagi kesehatan. Meski banyak orang menganggap mi instan sebagai makanan ringan, para ahli kesehatan memperingatkan bahwa kebiasaan ini bisa menyembunyikan bahaya yang serius untuk tubuh manusia.
Dampak Buruk Konsumsi Mi Instan untuk Kesehatan
Penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi mi instan setiap minggu bisa meningkatkan risiko terkena penyakit kronis seperti stroke, diabetes, dan masalah jantung.
Para pakar kesehatan memperingatkan bahwa makan mi instan dua sampai tiga kali dalam seminggu bisa membawa lebih banyak kerugian daripada manfaatnya. Jadi, jika kamu sering mengonsumsinya, mungkin sudah saatnya memperhatikan asupan harianmu.
Bahaya Tinggi Sodium dalam Mi Instan
Salah satu alasan utama mengapa mi instan dianggap berbahaya adalah kandungan garamnya yang sangat tinggi. Satu bungkus mi instan bisa mengandung lebih dari 800 miligram sodium, bahkan mendekati separuh dari batas konsumsi garam harian yang dianjurkan.
Kelebihan sodium bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah atau hipertensi, yang merupakan faktor risiko utama serangan jantung dan stroke.
Ketika tekanan darah tinggi terjadi, beban kerja jantung dan pembuluh darah menjadi lebih berat. Lama-kelamaan, kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi serius, seperti serangan jantung yang mengancam nyawa. Maka dari itu, membatasi konsumsi garam sangat penting demi menjaga kesehatan jantung dan otakmu.
Lemak Tidak Sehat dan Risiko Penyakit Jantung
Selain sodium, mi instan juga mengandung banyak lemak tidak sehat, terutama trans fats. Lemak ini dikenal sangat buruk bagi kesehatan dan mampu meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam darah.
Kebanyakan mi instan juga digoreng terlebih dahulu sebelum dikemas, sehingga kandungan lemak jahat di dalamnya makin bertambah.
Lemak jahat dapat mempercepat terbentuknya plak di arteri, yang bisa menyebabkan penyumbatan dan memicu serangan jantung maupun stroke. Jika ingin tetap menikmati mi, cobalah untuk memilih varian yang diproses lebih sehat dan minim minyak.
Risiko Diabetes dari Mi Instan
Kalau selama ini kamu nggak sadar, ternyata mi instan juga punya risiko untuk memicu diabetes. Sebab, bahan utama mi instan terbuat dari karbohidrat olahan yang cepat diubah menjadi gula dalam tubuh. Jika dikonsumsi terlalu sering, lonjakan kadar gula darah akan memacu pankreas memproduksi insulin berlebih.
Karena terus menerus mengalami lonjakan, akhirnya tubuh bisa mengalami resistansi insulin, yaitu kondisi di mana tubuh sulit mengatur kadar gula. Kalau sudah begini, risiko terkena diabetes tipe 2 jadi semakin besar. Jadi, mengonsumsi mi instan secara berlebihan bisa jadi salah satu pemicu utama masalah kesehatan ini.
Mi Instan Kurang Nilai Nutrisi
Selain bahaya kesehatan jangka panjang, mi instan juga sangat minim kandungan nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh, seperti serat, vitamin, dan mineral. Rutin mengonsumsinya sebagai makanan utama bisa menyebabkan kekurangan nutrisi dan melemahkan daya tahan tubuh. Jika selama ini mikir bahwa mi instan bisa menggantikan sumber makanan bergizi, kamu perlu tahu bahwa itu bukan pilihan yang tepat.
Apakah Masih Bisa Menikmati Mi Instan dengan Aman?
Hilangkan anggapan bahwa tidak boleh makan mi instan sama sekali. Yang penting adalah porsi dan frekuensinya. Kamu masih bisa menikmati mi instan sesekali, namun jangan sampai menjadi kebiasaan rutin. Membatasi konsumsi mi instan setiap minggu bisa membantu kamu tetap sehat dan terhindar dari risiko penyakit.
Sebagai alternatif yang lebih sehat, kamu bisa beralih ke mi dari bahan gandum utuh yang lebih kaya serat dan nutrisi. Membuat mi sendiri di rumah dengan bahan segar juga bisa menjadi pilihan yang lebih aman dan tentunya lebih memastikan kandungan gizinya terpenuhi. Menambahkan sayur dan protein nabati atau hewani dalam sajian mi kamu juga bisa membantu menyeimbangkan kandungan nutrisi dan menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.