Pecalang atau petugas pengamanan adat Bali memberikan penjelasan kepada wisatawan mancanegara terkait penutupan sementara objek wisata Pantai Batu Belig di Badung, Bali, Rabu (1/4/2020)/Antara-Fikri Yusuf
Fashion

Pakar: Mau New Normal? Sabar Sedikit Lagi

Desyinta Nuraini
Senin, 1 Juni 2020 - 12:56
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia perlu bersabar menerapkan tatanan kehidupan baru atau new normal. Hal tersebut disampaikan dr. Iwan Ariawan MS dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia 

Dia menjelaskan salah satu syarat suatu wilayah bisa melonggarkan PSBB atau menerapkan new normal yakni memastikan tingkat penularan infeksi reproduksi efektif (Rt) di bawah 1. Artinya, tiap 1 orang terinfeksi menularkan ke 1 orang lain. Dengan angka di bawah satu, jumlah kasus baru akan mengalami penurunan.

Berdasarkan analisis data dari Google Mobility, Rt di Jakarta sempat berada di angka 1 ketika 61% penduduk mematuhi imbauan untuk berada di rumah atau stay at home. Hal ini terjadi pada April lalu.

Namun saat banyak orang yang kembali keluar rumah, angka Rt kembali meningkat di atas 1 terutama sebelum dan ketika bulan Ramadhan. "Kita lihat di Bulan Mei itu terjadi penurunan proporsi orang yang tinggal di rumah saa, kasus naik lagi," sebutnya beberapa waktu lalu.

Pembatasan sosial dan stay at home menurutnya jelas mendukung penanggulangan Covid-19 dengan mengurangi penyebaran infeksi. Semakin banyak orang yang tinggal di rumah, angka Rt akan semakin turun. Ketika Rt sudah stabil di bawah 1 selama 14 hari, menurut Iwan barulah Indonesia, khususnya Jakarta sebagai episentrum Covid-19 bisa bergerak menuju relaksasi PSBB. 

"Kita sudah hampir berhasil, kita mesti bersabar sedikit lagi supaya kita bisa memulai relaksasi," tegasnya.

dr. Dicky Budiman dari Centre for Environment and Population Health (CEPH), Griffith University menerangkan bahwa penanganan pandemi senantiasa menggunakan strategi testing, tracing, treating, isolate. Lockdown/PSBB/karantina wilayah, serta physical dan social distancing merupakan strategi pendukung saja. 

Ketika kebijakan tersebut diambil, testing, tracing, treating, dan isolate harus tetap dijalankan bahkan ditingkatkan. "Ketika kita lengah dalam upaya pencegahan, ada ancaman terjadi kasus puncak kedua, dan bahkan ketiga," tegasnya.

Oleh karena itu, Dicky berpendapat pelonggaran dari pembatasan sosial harus dilakukan secara hati-hati dengan terus meningkatkan kapasitas testing, tracing, treating, dan isolation. Relaksasi atau pelonggaran juga harus dilakukan secara bertahap. 

Dicky menyebut sejatinya new normal terdiri dari 2 level. Yakni level komunitas/individu dan institusi. Pada level individu, upaya edukasi harus dilakukan segera. Sementara pada level institusi, selain edukasi, pelaksanaanya harus dilakukan secara spesifik per bidang dengan mempertimbangkan banyak hal dan disiapkan secara komprehensif, juga melibatkan para ahli dari berbagai bidang. 

Dia mengingatkan, new normal bukanlah sekedar PSBB yang ditiadakan, melainkan perilaku sehari-hari baru yang harus diadopsi oleh masyarakat demi menghadapi Covid-19, yang belum ditemukan obat definitif maupun vaksin untuk menanganinya.

Dicky berharap pengambil kebijakan sebaiknya jangan melakukan kebijakan relaksasi yang dilakukan secara terlalu cepat dan tiba-tiba. Semuanya harus dilakukan dengan persiapan yang matang, karena hal ini akan berujung pada kebijakan yang tidak efektif.

"Untuk new normal yang individu, harus dimulai dari sekarang dengan memakai masker, cuci tangan. Kalau yang di media disampaikan Indonesia belum siap new normal, maksudnya itu institusi, ada tempat wisata yang mau dibuka, bukan pada individu atau komunitas," tukas Dicky.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro