Bisnis.com, JAKARTA -- Pembatasan Sosial Berskala Besar tak membuat Dewi Satriani berhenti melakukan aktivitas relawan membagikan makanan ke rumah sakit rujukan Covid-19, pemukiman kumuh, dan pekerja lepas harian di Jabodetabek.
Sejak jumlah kasus penderita Covid-19 meningkat, pembatasan sosial tak terhindarkan, ragam kegiatan kerelawanan secara offline maupun online pun merebak.
Berangkat dari keprihatinan terhadap kondisi pasien, tenaga medis, dan masyarakat rentan Dewi pun memutuskan ikut serta menjadi relawan membagikan makanan tradisional Indonesia.
“Sudah 3 bulanan jadi relawan, bantuin Kaeng’s Kitchen bagi 100 box makanan khas Indonesia ke RS darurat, pemukiman kumuh, dan pekerja lepas harian,” ujar Dewi saat dihubungi Bisnis, beberapa waktu lalu.
Ada banyak pengalaman mengharukan selama Dewi menjadi relawan. Beberapa diantaranya tatkala Dewi harus membagikan makanan ke panti asuhan difabel di daerah Cimanggis, dan menjumpai sejumlah anak berkebutuhan khusus. Pengalaman mengharukan lain dalam perjumpaan dengan seorang badut di jalanan dekat mal di Ciledug yang kelelahan di tengah sepinya pusat perbelanjaan akibat Covid-19.
“Badutnya Mickey Mouse, dia belum makan sejak sehari lalu. Box makanan nasi liwet sambal roa yang kami kasih ternyata makanan pertama dia setelah dua harian kerja di area itu,” ungkapnya.
Restoran yang mengusung menu khas Manado dan Jawa, Kaeng’s Kitchen memberikan ragam menu. Umumnya adalah sambal roa atau bubur Manado, dan nasi liwet. Semangkuk bubur Manado adalah salah satu menu andalan restoran ini. Isinya lengkap dengan labu kuning, bayam, jagung, sambal roa, dan ikan teri.
Pemilik Kaeng’s Kitchen, Cendy Kaeng menceritakan bisnis masakan ini dia dirikan bersama suami, Yulius Arisona Kaeng pada 2017. Bersuamikan seorang chef pada salah satu restoran di Jakarta, iseng-iseng Cendy mencoba memasarkan sendiri sambal roa khas Manado buatan suami. Untungnya, banyak sambutan positif dari tetangga, sahabat, dan keluarga. Hal itu membuat Cendy dan suami yakin memutuskan membuka gerai sendiri.
“Suami keluar dari pekerjaan, apalagi sejak saya melahirkan anak kembar. Akhirnya semua masakan yang dibuat andalan suami, kami mulai keluarkan menu,” terang Cendy.
Cendy menyebut tahun ini adalah tahun ekspansi Kaeng’s Kitchen, dari mulai ekspansi jumlah kedai sampai inovasi menu baru. Saat ini Kaeng’s Kitchen membuka kedai di Lippo Kuningan, Bakrie Tower, dan Danareksa Building. Namun karena pandemi Covid-19, Cendy mengubah strategi dengan mengoptimalkan pemasaran lewat kegiatan sosial dengan gerakan #KaengsKitchenBergerak untuk masyarakat dan #KaengFoodRescue untuk menyebarkan paket makanan ke Wisma Atlet.
“Kami lantas membuat menu mix Manado dan Jawa, karena suami orang Manado, dan saya orang Jawa,” terang Cendy.
Jika umumnya nasi liwet khas Jawa selalu memakai santan dan identik dengan telur, tahu, atau tempe bacem, Kaeng's Kitchen punya inovasi yang berbeda.
Untuk bisa menghadirkan asimilasi Manado dan Jawa, nasi liwet Kaeng's tetap mamakai santan agar terasa gurih. Lauk yang disajikan dalam sekotak nasi liwet berisikan; tahu dan tempe iris kotak kecil yang dibacem, telur bacem, dengan tambahan sambal roa dan teri goreng.
Alhasil nasi liwet milik Kaeng's Kitchen berbeda dari nasi liwet khas Jawa karena kentalnya rasa gurih dan manis yang dihadirkan pada sajian tersebut.
Sejumlah menu yang jadi andalan tak hanya sambal roa dan nasi liwet, ada juga cakalang suwir, telor ikan woku, dan udang rica.
Untuk menu khas Jawa, Kaeng’s Kitchen menghadirkan oseng mercon, oseng paru, dan garang asam. Meski begitu sejumlah menu khas Jawa ini tidak semua bisa dicampurkan dengan gaya masakan Manado.
Seperti contoh garang asam dan oseng mercon, Cendy mengaku tetap mengandalkan resep asli Jawa karena menghindari komplikasi rasa asam dari khas Jawa dengan rasa pedas yang dominan dari ciri masakan Manado.