Bisnis.com, JAKARTA - Jatuh cinta mungkin menjadi salah satu pengalaman indah bagi setiap orang. Perasaan cinta bisa datang kapan saja dan kadang sulit untuk menghindar.
Bagaimana jika Anda jatuh cinta pada seorang yang sangat religius atau pria/wanita yang memegang teguh nilai-nilai agama? Jatuh cinta pada sosok yang taat beragama juga bisa saling belajar banyak hal.
Laman Bolde, membagikan pengalaman seorang gadis ateis yang menjalin relasi dengan seseorang yang religius. Perbedaan nilai yang dihayati tidak menutup peluang untuk saling belajar.
Sedikitnya terdapat 10 poin yang dapat dipetik dari pengalaman berpacaran dengan sosok yang menjunjung nilai agama.
1. Agama Memberikan Kamu Komunitas
Berpacaran dengan seorang yang taat beragama memberikan pengalaman berkomunitas. Terdapat banyak kegiatan keagamaan yang memungkinkan Anda dan pasangan berjumpa dengan lebih banyak orang.
Dari perjumpaan kecil seperti acara makan-makan, membuat gadis ateis ini sadar bahwa kebanyakan orang berpikiran terbuka, ramah dan sangat terbuka menerima seperti keluarga.
"Mereka bukan tipe orang seperti saya, tetapi saya bisa melihat mengapa komunitas sangat penting bagi pacar saya," tulisnya seperti dikutip Bisnis, Sabtu (25/7/2020).
2. Iman Bisa Jadi Tempat Bersandar
Sebagai seorang yang tidak terlalu peduli dengan agama, rasional menjadi andalan. Terkadang otak harus bekerja sangat keras untuk memikirkan beragam skenario terburuk dan lainnya.
Hal itu sangat berbeda dengan pacar yang nampak lebih tenang dan damai. Dari obrolan dengan pacar, keyakinan kepada Tuhan membantunya untuk percaya bahwa semua akan baik-baik saja.
Pada dunia yang penuh kecemasan, keyakinan kepada Tuhan memberikan sedikit harapan dan rasa optimistis untuk terus berjalan.
3. Setiap Orang Punya Sesuatu Untuk Dibagikan
Pada usia 20-an pencarian jati diri kadang membingungkan. Kita berupaya untuk membuat hidup menjadi lebih baik. Dari pacar yang beragama, kita belajar kemurahan hati tidak hanya dimiliki oleh para filantropi yang mendonasikan banyak uang.
Dengan menjadi sukarelawan di dapur umum dan kegiatan sosial lainnya, kita mendapatkan sesuatu. Pelayanan sosial memberikan makna yang dalam bagi hidup Anda.
4. Tubuh Saya, Milik Saya
Salah satu pertentangan yang sering terjadi ialah ketika pacar mengatur cara berpakaian. Sebagai seorang yang suka memakai legging, kadang pacar bertanya apakah kamu nyaman dengan berpakaian seperti itu? Bukankah lebih nyaman kalau berpakaian lebih tertutup?
Namun, saya mengatakan apa yang saya kenakan adalah keputusan dan saya tidak menghayati nilai-nilai keagamaan atau bagaimana seorang wanita harus berpakaian.
Cara berpakaian sering menjadi pertentangan tetapi saya tetap berpegang teguh pada pilihan saya. "Jika dia malu terhadap apa yang saya kenakan, mungkin harusnya dia tidak berpacaran dengan saya."
5. Tidak Malu Dengan Seksualitas
Punya pacar yang sangat ketat dengan aturan apa yang boleh dan tidak khususnya perihal keintiman cukup menantang. Berpegang tangan mungkin tidak masalah, tetapi sesuatu yang lebih dari ciuman ringan tidak boleh.
Saya menghargai batas itu tetapi setelah beberapa lama, itu bukan tentang menyimpan untuk perkawinan nanti tetapi lebih karena rasa malu memiliki sesuatu yang "najis."
"Saya menyadari bahwa tidak perlu meminta maaf atau merasa buruk tentang keinginan saya. Tidak ada yang buruk atau memalukan tentang seks dan saya berharap dia melihatnya."
6. Tidak Menerima Keputusan Lelaki Sebagai Suatu yang Mutlak
Hal ini kadang menjadi suatu masalah besar dalam relasi. Pacar saya percaya dengan kitab suci dan saya harus mengikuti bimbingan dan keputusannya.
Sebagai feminis, saya lebih menyukai kolaborasi dan berbagi 'kekuasaan' dalam relasi.
7. Agama Bisa Memberikan Perasaan Lebih Superior
Punya pacar yang taat beragama dan teman-temannya kadang mereka merasa lebih superior karena mereka mengikuti "Kata Tuhan."
Pada titik itu muncul godaan menghakimi orang lain yang mereka pikir "menyimpang" dari ajaran Tuhan seperti bagaimana berhadapan dengan seks pranikah. "Saya benci bagaimana mereka membangun diri mereka sendiri dengan merobohkan orang, semuanya dengan kedok saleh."
8. Tidak Butuh Diselamatkan
Jangan menghakimi dulu. Saya menemukan hal aneh dengan punya pacar taat beragama karena selalu terbuka untuk "diselamatkan" Tuhan.
Pola pikir ini membuat saya tidak bisa mengurus diri sendiri dan harus tunduk pada lelaki atau kekuatan lain yang lebih tinggi.
"Tidak terima kasih, gadis ini mengemudikan kapalnya sendiri," katanya.
9. Terbuka Untuk Berdebat
Salah satu masalah punya pacar yang punya pandangan berbeda ialah sering berdebat. Kadang pacar yang beragama lebih defensif ketika ditanya tentang keyakinannya.
Dia berpikir, pertanyaan kepadanya bertujuan menyerang karena dia beragama. Hal itu menjadi sulit karena Anda tidak punya percakapan analitis yang matang tengah beragam perbedaan.
10. Orang Beragama, Tidak Cocok Buat Saya
Saya tidak berkata mereka yang taat beragama buruk atau tidak mampu menjalin relasi. Namun, bagi saya perbedaan cara pandang sungguh terlalu besar. Kita tidak ingin menghabiskan waktu saling bertarung karena tidak ke tempat ibadah atau berpiki aborsi tidak bermoral.
"Orang yang taat beragama terlalu berlawanan dengan saya."