Bisnis.com, JAKARTA - Diabetes dan penyakit lainnya dikelompokkan sebagai komorbid yang bisa membuat penderita Covid-19 mengalami kondisi yang parah.
Meski begitu bukan berarti penderita diabetes harus terus dicekam ketakutan dan tidak melakukan apa-apa untuk merawat kesehatannya.
Diabetes adalah salah satu penyakit penyerta atau komorbiditas utama dari kasus positif dan kasus meninggal Covid-19.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia per kondisi 24 Juli 2020, diabetes menempati urutan kedua setelah hipertensi.
Hal itu berarti penyandang diabetes akan lebih rentan terpapar bahkan menyebabkan kematian jika terinfeksi Covid-19.
Menurut dr. Roy Panusunan Sibarani, SpPD-KEMD, FES; Endokrin, seseorang yang memiliki penyakit diabetes terpapar Covid-19 berpotensi lebih besar untuk mengalami tingkat keparahan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan fluktuasi level gula darah dan kemungkinan adanya komplikasi diabetes lainnya.
Dengan kata lain, penyandang diabetes harus lebih waspada dan disiplin dalam menjaga kadar gula darah senantiasa berada dalam kisaran target untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Disiplin dalam mencegah komplikasi ini tentunya juga tak hanya saat pandemi Covid-19, tetapi harus dijalankan setiap saat agar penyandang diabetes dapat beraktivitas secara normal.
Cara termudah untuk mencegah komplikasi adalah dengan menjaga kadar gula darah dalam rentang normal. Hal ini dapat dicapai dengan kepatuhan dalam menjalankan pengobatan baik dengan obat oral maupun insulin dan tetap berkonsultasi dengan dokter.
Patuh Jalani Pengobatan
Di saat pandemi Covid-19 ini masyarakat cenderung takut untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan. Hal ini terlihat dari survei MarkPlus Industry Roundtable edisi ke-20 yang membahas institusi kesehatan selama Covid-19.
Berdasarkan hasil survei cepat yang dilakukan, masyarakat semakin takut untuk mengunjungi rumah sakit sejak pandemi. Data menunjukkan 71,8 persen responden mengaku tidak pernah mengunjungi rumah sakit ataupun klinik sejak adanya Covid-19.
Ketakutan masyarakat untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan ini dapat mengakibatkan pasien diabetes mengurangi kepatuhan dalam menjalankan pengobatan dan memeriksa kadar gula darahnya.
Apabila kepatuhan ini berkurang dan gula darah naik dari kisaran target, pasien diabetes berisiko tinggi untuk mengalami komplikasi di masa depan, walaupun tidak terinfeksi Covid-19, lanjut dr. Roy.
Jangan Takut Berlebihan
Virus Corona atau COVID-19 mungkin menjadi "nama" yang menakutkan bagi sejumlah kalangan. Misalnya, saat tes, pedagang di sejumlah pasar tradisional banyak yang "absen" karena khawatir disebut sebagai penyandang.
Kondisi tersebut ditambah berita-berita yang menyebut virus ini bisa mematikan apabila menghinggapi orang yang telah berusia lanjut atau memiliki penyakit penyerta seperti diabetes, jantung, hipertensi dan sebagainya.
Virus ini memang menyebar tak kasat mata mengingat media penularannya melalui sesama manusia ditambah banyak yang tidak menyadari kalau mereka telah tertular (orang tanpa gejala).
Sampai Rabu (5/8/2020) tercatat kasus positif Covid-19 berjumlah 116.871 orang, sedangkan yang sembuh 73.889 orang.
Virus ini juga tidak pandang bulu, semua lapisan masyarakat ditularinya baik pejabat, pimpinan perusahaan, anggota DPR/ DPRD, kepala daerah, menteri, bahkan anggota TNI/ Polisi yang secara fisik lebih bugar.
Terakhir, di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Anggota DPRD dari Fraksi Partai Keadilan Sosial (FPKS) Dany Anwar meninggal akibat penyakit ini.
Pengumuman Dany Anwar meninggal akibat COVID-19 ini disampaikan Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi yang juga mengumumkan meninggalnya politisi ini akibat penyakit penyerta yang dideritanya yakni diabetes.
Meninggalnya Dany Anwar akibat tertular COVID-19, membuat sejumlah penyandang diabetes semakin cemas untuk berpergian, termasuk dalam hal ini kontrol ke dokter baik di puskesmas maupun rumah sakit.
Padahal penderita diabetes ini secara berkala harus memeriksakan kesehatannya ke dokter untuk memastikan diabetes yang dialaminya tetap terkontrol serta tidak menyerang ke organ lain.
Akhirnya para penyandang diabetes ini serba salah, di rumah saja juga tidak bijak mengingat virus ini tetap ada dan belum ada tanda-tanda berakhir atau tetap menjalani rutinitas pemeriksaan baik ke puskesmas atau rumah sakit dengan rasa cemas.
Padahal rasa cemas itu, menurut kalangan medis juga membuat imun tubuh turun.
Kepala Dinas Kesehatan Pemprov DKI Jakarta, dr. Widyastuti, MKM dalam web seminar mengenai "Dampak Covid-19 Terhadap Penderita Diabetes" mengatakan penyandang diabetes tak perlu khawatir untuk mengunjungi fasilitas kesehatan baik puskesmas maupun rumah sakit.
Widyastuti menyampaikan warga bisa pergi ke puskesmas atau rumah sakit untuk memeriksakan kesehatannya sepanjang mematuhi protokol kesehatan seperti menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Menurut Widyastuti, diabetes merupakan penyakit yang erat sekali hubungannya dengan gaya hidup. Oleh karena itu, penyandang diabetes harus memperhatikan pola makan dan gaya hidup, melakukan olahraga yang tepat, serta mengecek kadar gula darah dengan teratur selama pandemi Covid-19 ini.
Penderita diabetes juga dianjurkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter apabila memiliki gejala yang mirip dengan flu, seperti demam, batuk, dan kesulitan bernapas agar segera mendapatkan pertolongan yang tepat.
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai cara menjaga kesehatan selama masa adaptasi kebiasaan baru ini, Dinas Kesehatan DKI Jakarta senantiasa menyosialisasikan Gerakan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan sebagai protokol kesehatan mandiri untuk masyarakat.
Intinya, penyandang diabetes tak perlu takut berlebihan menghadapi pandemi Covid-19, selama protokol kesehatan dipenuhi dan pengobatan dijalankan dengan patuh, tak ada alasan untuk terus takut berkepanjangan.