Bisnis.com, JAKARTA -- Air susu ibu (ASI) sejauh ini masih menjadi salah satu zat terbaik yang bebas dari penularan Covid-19.
Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Elizabeth Yohmi mengatakan sejauh ini alam penelitian mesia, meski masih sangat terbatas jumlahnya, virus SARS-CoV-2 tidak ditemukan dalam ASI pada ibu menyusui yang terkonfirmasi Covid-19.
Walaupun demikian, hingga saat ini penularan melalui ASI masih belum diketahui secara pasti. Oleh sebab itu, pemberian ASI adalah keputusan bersama antara petugas kesehatan, ibu, dan keluarga.
Elisabeth menegaskan hal ini menjadi penting untuk mengikuti rekomendasi WHO, bahwa sebenarnya ibu dengan dugaan atau konfirmasi Covid-19 harus didorong untuk memulai dan melanjutkan menyusui.
"Sebab dari bukti yang ada, para ibu sebaiknya diberi informasi bahwa manfaat menyusui secara substansial lebih besar daripada potensi risiko penularan,” terangnya dikutip dari webinar IDAI, Jumat (14/8/2020).
Oleh sebab itu, dia memberikan rekomendasi bagi ibu suspek atau terkonfirmasi Covid-19. Pertama, bayi termasuk kontak erat risiko tinggi. Kedua, perlu dilakukan swab hari ke-1 dan ke-2 kalau perlu sampai hari ke-14. Ketiga, tidak dilakukan inisiasi menyusui dini, keempat rawat terpisah atas persetujuan ibu, dan kelima, bayi diberikan ASI perah.
Lalu, keenam praktik higiene respirasi dan APD level 2, ketujuh, pompa ASI terjaga kebersihan, dan terakhir, pentingnya konseling dan dukungan psikososial.
Dwiana Ocviyanti dari Kelompok Kerja Penurunan Angka Kematian Ibu dan Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) menambahkan, virus Covid-19 memang tak terdeteksi dalam ASI.
Pada janin pun, umumnya tidak terdapat bukti yang menyatakan Covid-19 menyebabkan keguguran atau transmisi vertikal ibu ke janin. Meski begitu, dia membenarkan jika terdapat data yang menunjukkan Covid-19 membuat peningkatan kejadian persalinan prematur.
Dwiana pun menegaskan sesuai anjuran POGI, pemeriksaan ANC bagi ibu hamil perlu dilakukan sebanyak minimal 6 kali. Prosedurnya yakni 2 kali pada trimester 1, pemeriksaan pertama dilakukan di dokter, 1 kali pada trimester 2.
Proses dilanjutkan 3 kali pada trimester 3, dengan 1 kali pemeriksaan dilakukan di dokter untuk merencanakan persalinan.
Baca Juga : Ini Masalah yang Sering dihadapi Ibu Menyusui |
---|
Dia pun menegaskan ada beberapa kondisi yang membutuhkan pengawasan lebih ketat. Misalnya penyakit penyerta dalam ibu yakni hipertensi, penyakit jantung, autoimun, juga asma.
Begitu pula kondisi fisik seperti lesu, mudah letih, dan anemia. Perlu dilakukan pemantauan pula pada pertumbuhan janin jika tidak sesuai, serta antisipasi pada ancaman persalinan prematur.
Dia menegaskan masa pasca persalinan ini penting sekali ada tenaga kesehatan yang mendampingi serta menjalankan protokol kesehatan.
Pendampingan bagi ibu antara lain konseling risiko menyusui, cuci tangan sebelum menyentuh bayi, payudara, pompa ASI, atau botol. Lalu menggunakan masker saat menyusui, membersihkan pompa ASI setiap kali dipakai.
"Selain itu sebaiknya ibu memilih cara memerah ASI,” tegas Dwiana.