Bisnis.com, JAKARTA - Virus corona baru (Covid-19) telah mendatangkan malapetaka di seluruh dunia. Akan tetapi, ahli dari Inggris menyatakan bahwa peternakan ayam dapat menjadi ancaman yang jauh lebih mematikan.
Sejak virus corona pertama kali dilaporkan muncul di Wuhan, China pada Desember tahun lalu, pandemi itu kini telah menginfeksi hampir 25 juta orang di seluruh dunia.
Para ilmuwan percaya bahwa wabah itu ditularkan di antara spesies hewan yang berbeda sebelum akhirnya melompat ke manusia dan menghasilkan pandemi global.
Setelah hal tersebut terungkap, banyak yang meneliti pasar basah di Asia, tempat hewan-hewan yang hidup dan mati disatukan. Ini merupakan area yang dikenal memiliki sanitasi dan kondisi kebersihan yang buruk.
Penularan zoonosis melalui Covid-19 telah menunjukkan bahwa hal ini dapat memengaruhi populasi manusia, dan kini para ilmuwan memperingatkan harus ada tindakan pencegahan ekstra di tempat hewan dipelihara.
Carys Bennett dari People for the Ethical Treatment of Animals (PETA) menyebut bahwa selain pandemi ini, ada kemungkinan wabah lain yang dapat menjadi ancaman dan jauh lebih menakutkan dari yang sekarang.
"10 tahun terakhir telah menjadi peringatan, kita telah mengalami pandemi flu babi (H1N1) - yang benar-benar dimulai dari pabrik peternakan babi di North Carolina dan membunuh banyak orang," katanya seperti dikutip Express UK, Sabtu (29/8/2020).
Dia melanjutkan bahwa pandemi berikutnya yang terjadi adalah flu burung (H5N1) yang masih terus berlangsung. Kendati flu burung terus berlanjut, peternakan ayam yang ada di dunia masih menggunakan sistem yang serupa.
Bennett menilai mengungkapkan bahwa ayam dalam peternakan hidup dalam kondisi di mana bakteri dan penyakit virus bisa menjadi lebih dari sekadar masalah kecil. Menurutnya, hal ini akan menghasilkan wabah virus yang bisa lebih buruk dari corona.
"Flu burung memiliki tingkat kematian hingga 60 persen pada manusia, dan Covid-19 hanya sekitar 2-3 persen. Jadi ya itu sangat mematikan," imbuhnya.
World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa dari 385 orang yang tertular flu burung, 243 di antaranya meninggal dunia - mayoritas tinggal di Asia dan dekat dengan unggas - dalam laporan 2008.
Oleh sebab itu, Bennett menegaskan kembali masalah yang lebih luas tentang pasar hewan hidup, yang masih ada hingga saat ini terlepas dari dampak bencana yang dialami dunia.
"Kita semua memiliki andil dari semua spesies hewan seperti berang-berang, burung merak, trenggiling, kelelawar, dan yang lainnya. Kondisi di peternakan sangat mengerikan," tandasnya.
Kondisi di peternakan hewan yang dijejalkan dalam kandang kecil dengan ventilasi udara yang buruk merupakan resep sempurna untuk wabah.
Hal tersebut, lanjutnya, dikarenakan darah dan urin ditransfer dari hewan ke hewan dan kemudian ke pekerja, yang berjalan mengurusi peternakan tanpa perlengkapan yang cukup. "Ada standar kebersihan yang buruk dan karena infeksi virus sangat rentan menyebar," kata Bennett.