Bisnis.com, JAKARTA -- Rendahnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempat serta rendahnya pemahaman soal memilah sampah membuat program bank sampah belum optimal.
Kepala Sub Direktorat Barang dan Kemasan Direktorat Pengelolaan Sampah KLHK Ujang Solihin Sidik menyatakan program bank sampah di Indonesia berjalan lambat akibat rendahnya kesadaran masyarakat dalam memilah sampah.
Terbukti berdasarkan data Sustainable Waste Indonesia tahun 2018, Indonesia diperkirakan menghasilkan 64 juta ton sampah per tahun. Besarnya jumlah sampah tersebut bersumber dari rumah tangga sebesar 48 persen, pasar tradisional 24 persen, kawasan komersial 9 persen, dan sisanya dari fasilitas publik.
Dari jumlah sampah tersebut, hanya 7 persen yang berhasil didaur ulang, sedangkan 69 persen berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan 24 persen dibuang tanpa ijin. Sementara itu, selama pandemi ini, jumlah sampah rumah tangga justru mengalami kenaikan yang tinggi.
Ujang menegaskan, upaya edukasi ini seharusnya bukan hanya tanggung jawab pemerintah melainkan tanggung jawab segenap elemen khususnya swasta yang memproduksi kemasan plastik untuk produk tertentu.
Dalam pandemi ini keterlibatan tim medis dan rumah sakit juga harus ditingkatkan seiring dengan semakin banyaknya sampah plastik kegiatan medis akibat pandemi Covid-19.
Baca Juga Insomnia? Coba Ikuti 10 Tips Berikut Ini |
---|
Ujang menyebut hal ini adalah tantangan berat dan harus diselesaikan dengan Pemda, yayasan, dan sarana prasarana lain. Dia beralasan, sebagian masyarakat belum punya kesadaran dan pemahaman yg benar sehingga pemerintah dan dunia usaha harus bersinergi.
"Masyarakat kita ini fungsi edukasi memilah sampah belum bisa. Untuk buang sampah pada tempatnya saja masyarakat kita belum lulus," tuturnya dalam webinar, Selasa (22/9/2020).
Menyingkapi kondisi ini, PT Hero Supermarket, Tbk (HERO Group), Nutrifood, dan Garnier berkolaborasi untuk membantu dalam mengurangi jumlah sampah kemasan melalui program Dropbox Sampah Kemasan.
Program peluncuran Dropbox Sampah Kemasan ini merupakan wujud dukungan sektor swasta terhadap PP RI No 97/2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Jakstranas).
Head of Communication and Government Relations, Hero Supermarket, Diky Risbianto menjelaskan program ini dilakukan HERO Group sebagai langkah perusahaan guna menciptakan kualitas lingkungan dan kesehatan yang lebih baik serta mendorong pendidikan masyarakat atas pengelolaan sampah yang juga merupakan bagian dari komitmen HERO Group.
Dia menyebut sebagai perusahaan retail, HERO Group menyadari penuh tanggung jawab terhadap sampah-sampah yang dihasilkan oleh produk yang dijual di gerai. Oleh karena itu, HERO Group, Nutrifood dan Garnier menghadirkan program CSR Dropbox Sampah Kemasan guna meningkatkan penyerapan sampah kemasan untuk kemudian dapat didaur ulang.
"Melalui kolaborasi ini, kami berharap dapat menginspirasi konsumen untuk ikut mengurangi jumlah sampah ke TPA dengan mendaur ulang sampah kemasan mereka," ungkap Diky.
Pelaksanaan CSR Dropbox Sampah Kemasan ini juga sejalan dengan salah satu fokus pilar CSR HERO yaitu lingkungan hidup dan juga penerapan ISO 2600 yang diharapkan bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan hidup.
Aksi kolaborasi ini diawali dengan penempatan lima Dropbox Sampah Kemasan di sejumlah gerai Giant di kawasan Jabodetabek, antara lain Giant CBD Bintaro, Giant BSD City Serpong, Giant Harapan Indah Bekasi, Giant Tole Iskandar Depok, serta Giant Taman Yasmin Bogor pada pada minggu ke-3 bulan September.
Jumlah Dropbox Sampah Kemasan pun akan terus ditingkatkan serta diperluas ke berbagai gerai HERO Group. Jenis sampah yang dikumpulkan pada Dropbox Sampah Kemasan adalah valuable inorganic waste yang dibagi menjadi tiga kategori.
Pertama, kategori sampah kemasan kertas seperti dupleks, kotak minuman, cup kertas, dus kosmetik dan sebagainya.
Kedua, kategori sampah kemasan plastik seperti botol plastik, gelas plastik, tube plastik, sachet atau bungkus plastik.
Ketiga, kategori sampah kemasan kaca seperti botol kaca, toples kaca dan sebagainya.