Bisnis.com, JAKARTA - Saat dua orang terinfeksi virus corona (Covid-19), satu dari mereka meninggal karena virus tersebut.
Kondisi tersebut adalah kisah nyata yang dialami dua orang saudara. Ada pemuda yang terinfeksi virus corona pada Maret 2020, masing-masing berusia 29 tahun dan 31 tahun. Awalnya, mereka sehat, tetapi sempat merasa sesak dan sulit bernapas menggunakan paru-parunya.
Dokter yang menangani sempat kebingungan, karena pasien yang ditangani awalnya sangat sehat dan muda tetapi sulit bernafas dengan paru-parunya.
Kasus lain yang serupa juga terjadi di Belanda, ketika pemuda berusia 20 tahun tertular virus corona maka ahli genetika dipanggil untuk menyelidikinya.
Apa yang mereka temukan adalah jalur yang mengarah dari kasus parah, variasi genetik, dan perbedaan jenis kelamin hingga hilangnya fungsi kekebalan yang pada akhirnya dapat menghasilkan pendekatan baru untuk merawat ribuan pasien virus corona.
Mengutip dari Bloomberg, Jumat (25/9/2020), benang merah dalam penelitian ini adalah kurangnya zat yang disebut interferon yang membantu mengatur pertahanan tubuh terhadap patogen virus dan dapat diinfuskan untuk mengobati kondisi seperti hepatitis menular.
Baca Juga 7 Manfaat Ajaib Alpukat Bagi Tubuh |
---|
"Sekarang, semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa beberapa pasien virus corona mengalami sakit parah, karena respons interferon yang terganggu," ungkap Shane Crotty, seorang profesor di Pusat Penelitian Penyakit Menular dan Vaksin di La Jolla Institute for Immunology di California, Jumat (25/9/2020).
Interferon adalah hormon berbentuk sitokin berupa protein berjenis glikoprotein yang disekresi oleh sel vertebrata karena akibat rangsangan biologis, seperti virus, bakteri, protozoa, mycoplasma, mitogen, dan senyawa lainnya
Mengutip, Studi landmark yang diterbitkan Kamis di jurnal Science menunjukkan bahwa interferon yang tidak cukup, bisa membuat nyawa pasien Covid-19 terancam.
“Sepertinya virus ini memiliki satu trik besar. Trik besar itu adalah menghindari respons imun bawaan awal untuk jangka waktu yang signifikan dan, khususnya, menghindari respons interferon tipe-1 awal."