Bisnis.com, JAKARTA – Tren urban farming semakin berkembang selama pandemi seiring dengan keterbatasan orang untuk berbelanja bahan pangan.
Menuai tanaman sayuran dari pot kini menjadi salah satu tren yang banyak dilakukan masyarakat perkotaan. Apalagi, dengan menanam dan mengembangkan tanaman pangan dari rumah, Anda mengurangi biaya belanja serta mengurangi produksi sampah bekas makanan.
Kini, secara otodidak, banyak orang yang belajar menanam sayur dan buah, dan tanaman bumbu dapur dari rumah dengan medium yang sangat sederhana, misalnya pot tanaman. Salah satu cara termudah adalah menanam tumbuhan pangan itu di pot dalam dapur Anda. Dengan begitu, Anda bisa lebih mudah dan cepat mengakses kebutuhan sayuran saat sedang memasak.
Berikut 6 jenis tanaman yang cocok ditanam dalam dapur menurut Travel+Leisure, Kamis (1/10/2020):
1. Selada Air
Anda bisa menanam selada air dalam pot yang ditaruh di dapur Anda. Ketika Anda membutuhkan selada air untuk sayuran ataupun lalapan, Anda hanya butuh untuk memotong sedikit daun selada air, dibersihkan, dan siap santap bersama sajian Anda.
2. Seledri
Jika Anda memiliki ruangan yang masih cukup luas di dapur, Anda bisa menambahkan tanaman seledri dalam pot. Cara memulai penanaman seledri juga sangat mudah, cukup memotong sedikit batang beserta daun dan akar seledri sepanjang 1-2 inci yang Anda beli. Lalu rendam seledri dalam air, dan gantilah air secara berkala sebagai medium tumbuh akar seledri. setelah delapan hari dalam air, Anda bisa memindahkan tanaman seledri ke dalam pot.
3. Kemangi
Selain seledri, Anda bisa menanam kemangi dari dapur. Anda cukup memotong sedikit dari batang dan daun pucuk dari kemangi. Lalu Anda butuh beberapa inci untuk di stem dan dikembangkan dalam medium air.
Tempatkan kemangi dalam pot mini berisi air. Pastikan juga kemangi ini tetap menerima pancaran cahaya, namun jangan langsung terpapar matahari. Selanjutnya, setelah 15 hari, pindahkan kemangi dan akarnya dari air ke pot tanah.
4. Daun Bawang
Menanam daun bawang biasanya paling ideal adalah di dekat jendela. Untuk memulai, Anda bisa memotong bagian bawah daun bawang yang berwarna putih, biasanya masih ada sisa akar.
Sisakan bagian hijau untuk pemotongan berikutnya. Tempatkanlah bagian akar tersebut di dalam sebotol atau segelas air, dan letakkan di arena yang masih terpapar sinar matahari. Gantilah air setiap 2-3 hari, lalu pindahkan akar ke pot tanaman. Biasanya dalam 7 hari, tunas baru sudah bisa tumbuh.
5. Bawang Bombai
Menanam bawang bombai ternyata sangat mudah. Caranya, Anda cukup membelah bawang, melihat irisan dalam bawang dan menemukan pucuk akar. Keringkan potongan bawang bombai tersebut selama 1-2 hari hingga lapisan akar baru agar kering dan keriting. Potong pucuknya lalu tanam dalam tanah dengan pasokan air yang cukup.
Dalam beberapa hari, bakal bawang akan mulai terlihat yang menandakan, bawang bombai siap dipanen. Biasanya bawang bombai sudah mulai berkembang di dalam tanah dalam waktu 90 sampai 120 hari.
6. Tanaman Umbi-umbi Akar
Ada ragam jenis umbi akar yang biasa disajikan sebagai sayuran karena kaya nutrisi. Misalnya saja; buah bit, wortel. Jenis umbi akar bisa menjadi pilihan untuk Anda tanam dalam rumah dan di dalam dapur Anda. Biasanya umbi-umbian akar ini juga tak membutuhkan waktu yang lama, hanya beberapa minggu, tunas umbi sudah muncul. Cara memulainya juga sederhana, Anda juga memotong bagian atas dari tanaman, lalu ditanam dalam tanah. Anda harus rajin memberi air pada tanaman agar tetap subur.
Selain untuk konsumsi, kebiasaan menanam di rumah juga bisa menjadi peluang bisnis serta membantu kesehatan mental Anda.
Co-Founder Kebun Kumara, Siti Soraya Cassandra atau Sandra, bersama suaminya Dhira Narayana, pun memulai urban farming dengan komunitas Kebun Kumara.
Di Kebun Kumara, Sandra menegaskan tidak ada jenis tunggal tanaman. Umumnya, ada berbagai jenis tanaman pangan yang bisa ditanam di lahan yang terbatas atau bahkan jika hanya dalam pot saja. Sebut saja singkong, pepaya, kangkung, rosela, kemangi, tomat, daun kelor, sampai tanaman bumbu dapur seperti kunyit, kencur, dan jahe.
“Kami pun mencari bibitnya ke seluruh Indonesia, jadi asli. Kita tanam terus ragam jenis bibit ini supaya sustainable dan tidak punah. Ingat loh, benih kalau tidak ditanam suatu saat ya akan punah jadi harus dijaga keberlangsungannya,” terang Sandra.
Dia menjelaskan, dengan menerapkan pola tanam non monokultur, Kebun Kumara mengajarkan sifat alami dari tanah yang tidak bisa dikuasai tunggal untuk komoditas tertentu. Selain itu, metode ini adalah cara alami yang sudah ada dari sistem bertanam dalam hutan.
“Cara non monokultur ini tidak mencerminkan sifat alam yang sesungguhnya, yang beragam dan bhineka seperti dalam hutan semua bisa hidup. Jadi Kebun Kumara mau mencontoh dan meneruskan tradisi itu, tidak ada satu jenis tanaman yang berada di atas tanaman lain,” jelas Sandra.
Kebun Kumara tak hanya fokus menanam tanaman pangan, di dalam area itu Sandra dan Dhira juga menanam tanaman hias untuk memberi makan lebah dan hama lain agar tak merusak tanaman pangan. Selain itu, tanaman obat juga memiliki ruang tanam sendiri guna menambah keragaman tanaman disini.
“Itulah kenapa kami menamakan kebun kami Kumara, sesuai bahasa Sansekerta yang artinya generasi penerus. Kami ingin menghadiahkan keberagaman alam ini kepada generasi penerus nanti,” ujar Sandra.
Kebun Kumara yang berlokasi di Pulau Situ Gintung, Ciputat sebagai kebun belajar, dimana siapapun bisa datang ke lahan seluas 1,5 hektare ini menjadi media belajar berkebun, merawat tanaman, sampai belajar membuat kompos.