Bisnis.com, JAKARTA - Meningkatnya jumlah pesepeda, terutama di jalanan protokol Ibukota dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan untuk melakukan aksi begal.
Jika dahulu pelaku begal menyasar pengendara sepeda motor, kini mereka juga ikut menyasar pengendara sepeda. Seperti yang terjadi pada aktor senior Anjasmara di Jalan Jend. Sudirman, Jakarta Selatan tepatnya di depan Universitas Katolik Atma Jaya beberapa waktu lalu.
Anjasmara tiba-tiba dipepet oleh pelaku begal yang berboncengan menggunakan sepeda motor. Mereka berupaya mengambil ponsel yang dibawanya. Namun, upaya tersebut gagal lantaran aktor yang dikenal lewat sinetron Si Cecep melakukan perlawanan hingga terjatuh dan mengalami cedera.
Sebelumnya juga dilaporkan terjadi aksi pembegalan yang menimpa beberapa pesepeda di jalan-jalan protokol Jakarta seperti Jalan HR Rasuna Said, Jalan MH Thamrin, dan Jalan Hayam Wuruk. Sama seperti Anjasmara, pelaku begal mengincar barang berharga yang dibawa oleh pesepeda.
Walaupun demikian, bukan berarti para pelaku begal hanya mengincar barang berharga yang dibawa oleh pesepeda saja. Menurut Ketua Komunitas Bike to Work (B2W) Putut Soedarjanto, pelaku begal juga mengincar sepeda yang kini harganya melambung lantaran tingginya permintaan masyarakat.
Namun, mereka hanya mengincar sepeda tertentu yang harganya mencapai puluhan juta rupiah, salah satunya adalah sepeda lipat Brompton.
"Keduanya [barang berharga dan sepedanya], ada satu cerita belum lama ini saya lupa kejadiannya dimana, si begal teriak ke temannya "Nggak usah [diambil], bukan Brompton [sepedanya]." begitu," katanya kepada Bisnis pada Kamis (22/10/2020).
Lebih lanjut, Putut mengungkapkan pelaku begal dan pencurian cenderung enggan mengincar sepeda lantaran jejaknya mudah diketahui ketika akan menjual hasil tindak kejahatannya. Terlebih sepeda rakitan yang komponennya dibuat sesuai dengan keinginan pemiliknya.
Dia menyebut tak jarang sepeda yang dicuri berhasil kembali ke pemiliknya setelah sepeda tersebut dijual secara daring lewat sosial media atau ditemukan di jalan bersama pemilik barunya.
Oleh karena itu, Putut menyarankan para pesepeda untuk mencatat atau mengambil gambar dari komponen-komponen yang digunakan di sepeda mereka sebagai langkah antisipasi.
Lantas, apa sebenarnya penyebab dari maraknya pelaku begal yang mengincar pesepeda?
Menurut Putut, hal tersebut tak terlepas dari maraknya pemberitaan mengenai begal sepeda dan menganggap bersepeda sebagai aktivitas bergengsi, khususnya mereka yang menggunakan sepeda jenis tertentu. Alhasil, pelaku kejahatan mencoba peruntungannya dengan mengincar barang berharga yang dibawa oleh pesepeda atau sepedanya.
"Padahal tidak semua sepeda itu mahal. Jauh lebih banyak yang murah dan jauh lebih banyak pengguna sepeda adalah orang-orang biasa yang dalam kesehariannya hidup penuh kesederhanaan," tuturnya.
Cara yang bisa dilakukan oleh pesepeda agar tidak menjadi target pelaku begal adalah tidak bersepeda sendirian. Selain itu, pemilihan waktu dan rute bersepeda juga perlu dipertimbangkan kembali. Daerah yang sekiranya rawan sudah barang tentu harus dihindari.
Namun, cara tersebut tentunya tidak bisa diaplikasikan sepenuhnya oleh mereka yang bersepeda ke tempat kerja atau benar-benar menggunakan sepeda sebagai alat transportasi sehari-hari. Waktu maupun rute bersepeda terikat dengan aktivitas sehari-hari mereka.
Solusinya tentu meningkatkan kewaspadaan, perhatikan keadaan di sekitar apabila melihat hal-hal yang mencurigakan tambah kecepatan dan segera berhenti di tempat yang sekiranya aman dan ramai, seperti pos polisi, toko, dan sebagainya. Kemudian simpan barang berharga di tempat-tempat yang sulit dijangkau atau tersembunyi.
Terakhir, sebisa mungkin hindari jalan protokol, khususnya yang tidak memiliki lajur khusus sepeda. Pilih jalan permukiman atau perkampungan yang membuat pelaku begal sulit kabur setelah melakukan aksinya.