Petugas medis memasukkan sampel tes usap seorang pasien dalam kunjungan pemeriksaan kesehatan ke rumah-rumah di New York, AS, Selasa (4/8/2020)./Bloomberg-Angus Mordant
Health

Ensefalopati Bisa jadi Gejala dari Covid-19, Apa Itu?

Syaiful Millah
Jumat, 23 Oktober 2020 - 15:17
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Virus corona baru terus meneror seluruh dunia dengan banyaknya negara yang berada dalam pergolakan gelombang kedua. Penyakit ini telah memperlihatkan dampak yang besar, mulai dari menimbulkan masalah ekonomi hingga penyebaran pengetahuan kesehatan masyarakat.

Sehubungan dengan kesehatan masyarakat, bukti terus bermunculan bahwa penyakit ini berdampak terhadap banyak organ dan bagian dalam tubuh manusia. Sejumlah gejala umum misalnya demam tinggi, batuk terus menerus, serta kehilangan indera perasa dan penciuman.

Selain itu, penelitian di tempat lain menunjukkan efeknya jauh lebih luas ketimbang hanya tiga gejala tersebut, dan gejalanya banyak yang tidak dilaporkan dialami oleh sebagian besar orang. Hal ini dibuktikan dengan adanya fenomena long covid.

Beberapa gejala yang paling bandel adalh masalah neurologis. Laporan teranyar dari peneliti di Northwestern mengungkap bahwa hampir 82 persen pasien virus corona mengalami beberapa jenis gejala neurologis di beberapa titik selama mereka terinfeksi.

Dilansir dari Express UK, Jumat (23/10) studi tersebut melibatkan 509 pasien yang gejala virusnya sangat parah sehingga membutuhkan rawat inap. Banyak pasien mengalami gejala umum tetapi ada juga yang mengalami kasus ensefalopati, yakni sebanyak 31 persen dari peserta.

Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS), ensefalopati adalah istilah untuk setiap penyakit otak yang menyebar dan mengubah fungsi atau struktur otak. Ciri dari ensefalopati adalah kondisi mental yang berubah.

“Bergantung pada jenis dan tingkat keparahan ensefalopati, gejala neurologis yang umum adalah hilangnya memori dan kemampuan kognitif secara progresif, perubahan kepribadian halus, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, lesu, dan hilangnya kesadaran secara progresif,” catat NINDS.

Ini dapat membantu menjelaskan gejala kabut otak yang sering dilaporkan muncul dalam laporan gejala selama pandemi. Seorang pasien mengungkapkan dampak gejala samar ini dalam 7 bulan setelah pertama kali terinfeksi virus corona.

Mirabai Nicholson-McKellar, pasien dari Byron Bay mengatakan bahwa kabut otak merupakan deskripsi yang inferior tentang apa yang sebenarnya terjadi. Menurutnya, gejala yang ada cukup melumpuhkan sehingga orang tidak dapat berpikir jernih untuk melakukan aktivitas.

“Ini seringkali menghalangi saya untuk dapat melakukan percakapan yang koheren atau menulis pesan teks atau email,” katanya kepada The Guardian.

Studi anyar tersebut memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya yang mengungkap bahwa penyakit Covid-19 dapat memengaruhi kondisi neurologis orang-orang yang terinfeksi oleh virus corona penyebab pandemi global ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Syaiful Millah
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro