Vaksin Oxford dan AstraZeneca
Health

Relawan Vaksin Covid-19 di India Tuntut Mitra AstraZaneca, Ini Sebabnya

Desyinta Nuraini
Selasa, 1 Desember 2020 - 11:36
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Seorang relawan vaksin AstraZaneca berusia 40 tahun di India mengklaim menderita gejala neurologis dan psikologis yang serius setelah menerima suntikan vaksin tersebut. 

Insiden itu terjadi di Chennai, India selatan bulan lalu dilakukan uji coba vaksin virus corona yang sedang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford. Relawan tersebut menerima vaksin pada 1 Oktober tetapi 10 hari kemudian mengeluh sakit kepala parah yang diikuti dengan muntah.

Melansir Independent UK, Selasa (1/12/2020) relawan tersebut telah mengirimkan gugaran hukum ke Serum Institute of India (SII), yang mengembangkan vaksin AstraZeneca di India, dan otoritas pengawas obat nasional meminta ganti rugi sebesar 50 juta rupee. Adapun SII sedang melakukan uji klinis vaksin di India di 15 pusat yang berbeda dengan sedikitnya 1.600 peserta.

Menurut pemberitahuan hukum, istrinya mengatakan ada perubahan perilaku pada suaminya dan menunjukkan sensitifitas terhadap cahaya dan suara. Rumah sakit yang merawatnya setelah pengaduan mencatat bahwa dia  mengalami disorientasi.

Istri pasien memberi tahu bahwa meskipun kondisi suaminya telah membaik sejak Oktober, dia belum pulih sepenuhnya dan mereka berkonsultasi dengan ahli saraf lain.

SII telah membela persidangan dan mengajukan tuntutan balik yang menuntut ganti rugi lebih dari 1 miliar rupee sebagai ganti rugi atas tuduhannya di media terhadap vaksin. 

“Meskipun Serum Institute of India bersimpati dengan kondisi medis relawan, sama sekali tidak ada korelasi dengan uji coba vaksin dan kondisi medis relawan. Relawan tersebut secara keliru menyalahkan masalah kesehatannya pada uji coba vaksin Covid, ”kata juru bicara SII.

Sementara itu, AstraZeneca hingga kini belum memberikan komentar atas kejadian tersebut. 

Kasus virus corona baru India naik 38.772 pada Senin. Negara itu sekarang telah mencatat 9,43 juta infeksi kumulatif, tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat, tetapi kasus harian telah menurun sejak mencapai puncaknya pada September.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro