Pangan
Health

Gawat! Ketidakcukupan Pangan Naik 25 Persen Selama Pandemi

Syaiful Millah
Kamis, 14 Januari 2021 - 13:47
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Studi baru yang diterbitkan dalam American Journal of Preventive Medicine menemukan peningkatan 25 persen dalam kekurangan makanan selama masa pandemi Covid-19 berlangsung.

Dilansir dari News Medical Net, Kamis (14/1) ketidakcukupan pangan yang merupakan bentuk paling ekstrim dari kerawanan pangan, terjadi ketika keluarga tidak memiliki cukup makanan untuk dikonsumsi.

Di antara sampel perwakilan nasional dari 63.674 orang dewasa di Amerika Serikat, kelompok Amerika kulit hitam dan latin memiliki lebih dari dua kali risiko kekurangan makanan dibandingkan dengan orang kulit putih Amerika.

Jason Nagata, pemimpin studi dan asisten profesor pediatri di University of California mengatakan orang kulit berwarna secara tidak proporsional dipengaruhi oleh kekurangan pangan dan Covid-19. Banyak dari orang-orang ini telah mengalami kehilangan pekerjaan dan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi.

Secara keseluruhan penelitian menunjukkan sekitar 65 persen orang Amerika melaporkan gejala kecemasan dan 52 persen melaporkan gejala depresi dalam seminggu sebelum menyelesaikan survei tersebut.

Mereka yang tidak cukup makan selama minggu itu melaporkan kesehatan mental yang lebih buruk, dengan 89 persen orang Amerika yang tidak mencukupi melaporkan gejala kecemasan dibandingkan 63 persen orang Amerika yang makanannya tercukupi.

Demikian juga dengan gejala depresi yang lebih tinggi, yakni sekitar 83 persen pada orang Amerika yang tidak mencukupi makanannya dibandingkan dengan 49 persen mereka yang makanannya lebih tercukupi selama pandemi.

“Kelaparan, kelelahan, dan khawatir tidak mendapatkan cukup makan untuk dikonsumsi dapat memperburuk gejala depresi dan kecemasan,” kata Nagata.

Para peneliti juga menemukan bahwa menerima bahan makanan atau makanan gratis dapat meringankan beberapa beban kesehatan mental akibat kekurangan makanan yang dirasakan oleh berbagai kelompok orang.

Oleh sebab itu, peneliti juga mengusulkan agar pembuat kebijakan memperluas manfaat dan kelayakan untuk program bantuan nutrisi tambahan dan program lainnya guna mengatasi kerawanan pangan dan kesehatan mental selama pandemi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Syaiful Millah
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro