Seorang perawat bertugas di sebuah kendaraan pengujian di Johannesburg, Afrika Selatan, pada 21 April 2020. Antara-Xinhua (Shiraaz Mohamed)
Health

Astaga, Masih 25 Dosis Vaksin Virus Corona yang Disuntikkan di Negara Miskin

Syaiful Millah
Selasa, 19 Januari 2021 - 13:56
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – World Health Organization (WHO) memperingatkan dunia berada di tepi kegagalan moral dalam distribusi vaksin Covid-19, dengan hanya 25 dosis yang diberikan di semua negara miskin dibandingkan dengan 39 juta dosis di negara yang lebih kaya.

Ini adalah peringatan yang paling tajam dari Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus tentang bahaya penimbunan vaksin sejak inokulasi mulai diberikan di 49 negara yang sebagian besarnya berpenghasilan tinggi.

Hingga saat ini, Guinea adalah satu-satunya negara berpenghasilan rendah yang sejauh ini telah memberikan suntikan vaksin pada pekan lalu. Negara itu memberikan dosis vaksin Sputnik Rusia hanya kepada 25 orang, termasuk presidennya.

Dalam pertemuan tahunan awal pekan ini, Tedros mengatakan adalah hal yang salah melihat orang dengan risiko rendah di negara-negara kaya mendapatkan vaksin, sementara sebagian besar dunia masih tidak memiliki akses ke suntikan tersebut.

“Tidak benar bahwa orang dewasa muda yang lebih sehat di negara kaya divaksinasi sebelum petugas kesehatan dan orang tua di negara miskin,” tegasnya, seperti dikutip The Guardian, Selasa (19/1/2021).

Upaya sharing dana vaksin global, Covax, mengatakan pihaknya  sedang bersiap memberikan dosis pertamanya pada Februari, tetapi mereka masih bersaing dengan negara yang melakukan kesepakatan sendiri untuk mendapatkan vaksin.

Ada sekitar 44 kesepakatan antara Covax dengan pengembang vaksin tahun lalu, tapi hanya 12 yang ditandatangani sejauh ini. Ghebreyesus menyampaikan bahwa negara-negara berupaya menaikkan harga tawaran dan mencoba mengambil antrian dari koalisi.

Menurutnya, hal ini dapat menunda pengiriman Covax dan menciptakan skenario buruk yang telah dirancang dengan adanya penimbunan, pasar yang kacau, respons yang tidak terkoordinasi, dan gangguan sosial ekonomi yang berkelanjutan.

“Dunia berada di ambang bencana kegagalan moral dan harga dari kegagalan ini akan dibayar dengan nyawa dan mata pencaharian masyarakat di negara-negara termiskin di dunia,” katanya.

Dia juga mengkritik beberapa beberapa produsen vaksin karena lebih memprioritaskan produknya disetujui negara-negara kaya, di mana perusahaan dapat memperoleh keuntungan lebih besar dibandingkan ikut serta dalam program Covax.

“Pada akhirnya tindakan ini hanya akan memperpanjang pandemi,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro