Dokter menyuntikkan vaksin /Antara
Health

Kelebihan dan Kekurangan Metode yang Diadopsi Vaksin Nusantara Buatan Terawan

Desynta Nuraini dan Mia Chitra Dinisari
Senin, 22 Februari 2021 - 12:49
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Belakangan tengah hangat rencana pembuatan vaksin Nusantara ide dari Mantan Menkes Terawan. Ide itu, memicu beragam pendapat dari banyak ahli.

Peneliti Bioteknologi di Universiti Putra Malaysia Bimo Ario Tejo mengatakan terdapat kelebihan dan kekurangan vaksin dengan menggunakan Sel Dendritik (DC).

Kelebihannya antara lain dapat didesain lebih spesifik dengan menggunakan antigen khusus untuk mengaktifkan sel dendritik. Kemudian dapat mengaktifkan sel T dan diduga kekebalannya bertahan lebih lama dibanding vaksin inactivated konvensional.

Sementara kekurangannya yakni prosesnya panjang dan memerlukan fasilitas khusus sehingga kurang sesuai untuk program vaksinasi massal. "Biayanya sangat mahal dibanding vaksin konvensional," ujar Bimo dikutip dari akun instagramnya.

Sementara itu, epidemiolog UNS Tonang Dwi Ardyanto mengatakan sebenarnya ide ini bukan hal baru. Sudah sejak 1990an ide itu ada terutama untuk imunoterapi kanker. Sifatnya personalized: bakal calon sel dendritik diambil dari seseorang, diolah, disuntikkan ke orang itu sendiri.

Menurutnya, metode ini tidak bisa dari satu orang ke orang lain. Karena risiko penolakan sebagaimana pada transplantasi jaringan.

Dia juga memaparkan, rincian teknisnya cukup panjang, membutuhkan sarpras tidak sederhana, juga keterampilan khusus pada SDM yang mengerjakannya. 

Khusus di Indonesia, ide vaksin sel dendritik untuk covid, sudah muncul sejak bulan November. Makin intensif pada bulan Desember 2020.

"Sebagai suatu ide, kita hargai karena memang ide itu ada alasannya. Ada rujukannya pada kasus lain selain covid. Tidak masalah," ujarnya dikutip dari akun facebooknya.

Tapi, katanya, ketika diklaim sebagai Vaksin Nusantara, 10 juta dosis perbulan, biaya kurang dari 200 ribu, antibodi seumur hidup, maka perlu didudukkan secara jernih.

Agar semua tetap sebisa mungkin rasional. Bukan menghambat inovasi, tapi menjaga tetap pada tempatnya.

Bahkan vaksin covid yang sudah melalui uji klinis dan sekarang dipakai pun, semua masih dalam koriodor uji saking memang tetap harus hati-hati mengingat impact dan outcome yang diharapkan.

Jadi bahkan yang sudah uji klinik pada puluhan ribu subyek di fase 1, 2 dan sebagian dari periode fase 3 sekalipun, tetap masih harus dibuktikan efektivitas nya ketika digunakan di masyarakat.

"Apakah klaim tersebut akan terbukti? Mungkin saja, mungkin juga tidak, minimal tidak sepenuhnya. Tapi yang jelas, jalan masih panjang. Sebaiknya, tidak diklaim sekarang atau dalam waktu dekat," tambahnya.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro