Bisnis.com, JAKARTA – Hanya dua bulan setelah vaksin virus corona pertamanya disetujui untuk penggunaan umum, raksasa farmasi China Sinopharm mengajukan persetujuan serupa untuk vaksin kedua mereka, dengan rencana uji klinis untuk yang ketiga.
Vaksin kedua itu dikembangkan oleh anak perusahaan Sinopharm bernama Wuhan Institute of Biological Products. Vaksin tersebut telah menjalani uji klinis fase ketiga di berbagai negara sejak Juni tahun lalu.
Adapun, vaksin pertama dikembangkan oleh Beijing Institute of Biological Products, cabang lain dari perusahaan raksasa milik negara itu. Vaksin pertama mereka telah diberikan persetujuan pasar bersyarat pada akhir 2020 lalu.
Chairman Sinopharm, Liu Jingzhen mengatakan kepada media penyiaran pemerintah bahwa perusahaan telah mengajukan permohonan peluncuran pasar untuk vaksin Wuhan Institute, yang akan melengkapi data eksisting saat ini.
“Fasilitas produksi Wuhan Institute memiliki kapasitas fase satu lebih dari 100 juta dosis. Jika kita menghitung Wuhan dan Beijing bersama kapasitas gabungan fasilitas produksi akan mencapai 1 miliar dosis tahun ini,” katanya seperti dikutip South China Morning Post.
Sinopharm mengatakan pada Desember lalu bahwa vaksin Beijing Institute 79 persen efektif dalam mencegah penyakit Covid-19 yang bergejala tetapi tidak menguraikan hasil atau mempublikasikan data uji coba. Vaksin ini telah disetujui untuk penggunaan di Uni Emirat Arab, Argentina, Nepal, Mesir, Pakistan dan Peru.
Selain itu, hingga kini juga masih belum ada data publik tentang fase ketiga vaksin Wuhan Institute yang dikembangkannya. Sinopharm mengatakan pada Juni tahun lalu bahwa dua fase pertama memiliki hasil keamanan yang baik dan tidak ada kejadian buruk serius.
Diklaim juga bahwa lebih dari 1.120 orang yang divaksinasi telah mengembangkan konsentrasi antibodi yang tinggi. Semua peserta yang diberi dua dosis dengan jarak interval 28 hari mengembangkan antibodi penetral.
Kedua vaksin tersebut telah diizinkan untuk penggunaan darurat di negara China pada Juli dan dilaporkan bahwa lebih dari 43 juta dosis telah diberikan sejak saat ini di seluruh dunia, dengan 34 juta dosis di negara sendiri.
Liu mengatakan vaksin Beijing Institute pada awalnya disetujui untuk penggunaan darurat bagi orang berusia 18 tahun hingga 59 tahun, tapi batas usia dicabut menjadi di atas 60 tahun setelah disetujui untuk penggunaan umum.
“Dari uji klinis kami, tidak ada perbedaan besar dari efek vaksin pada orang berusia tiga hingga 17 tahun dibandingkan dengan mereka yang berusia 18 hingga 59 tahun. Saya yakin orang-orang yang berusia antara tiga dan 17 tahun dapat segera [diizinkan] untuk menerima vaksin,” katanya.