Pedagang menata kain tekstil. Bahan katun banyak dipakai untuk berbagai jenis pakaian. /Bisnis-Arief Hermawan
Fashion

5 Tren Belanja Fesyen di Era Pandemi, Pakaian Katun Marak

Janlika Putri Indah Sari
Kamis, 27 Mei 2021 - 08:00
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi telah mendorong perubahan pola perilaku konsumen, terutama kesadaran tentang fesyen keberlanjutan.

Para konsumen mendorong merek dan bisnis memproduksi pakaian yang lebih ramah lingkungan dan lebih bertanggung jawab di sepanjang 2021.

Head of Textiles Zilingo Indonesia Felix Soni mengatakan merek dan bisnis yang dapat mengubah orientasi misi dan model bisnis ke arah yang lebih berkelanjutan akan menjangkau lebih banyak pelanggan daripada sebelumnya.

Untuk itu, sebagai platform solusi bisnis satu atap, Zilingo Trade siap untuk mendukung lebih banyak perusahaan yang ingin mengakses dan mengadopsi tekstil berkelanjutan.

"Kami telah bermitra dengan pemasok tekstil makanan dan berkelanjutan terbesar di dunia Toyoshima sehingga merek, pengecer, dan bisnis di seluruh Indonesia sekarang dapat memperoleh lini kain dan tekstil berkelanjutan ini secara digital di zilingotrade.id, ” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (27/5/2021).

Departemen Komunikasi Zilingo Indonesia telah mengumpulkan insight mengenai tren keberlanjutan untuk merek dan bisnis Indonesia yang perlu diperhatikan memasuki kuartal III 2021.

1. Konsumen lebih memilih pakaian kasual yang nyaman sebagai seragam WfH.

Pandemi telah membuat masyarakat untuk tetap di rumah. Minimnya bersosialisasi dan maraknya pertemuan virtual mulai membuat seragam bekerja dari rumah sebagai pilihan pakaian yang nyaman namun tetap terlihat profesional di depan kamera untuk dipakai bekerja selama sepekan.

Pakaian seperti loungewear dengan warna atau pola yang sama atas dan bawah dapat digunakan dengan cara yang lebih fleksibel, dapat menjadi pakaian kerja namun tetap nyaman digunakan di rumah.

Maraknya pakaian berbahan dasar katun juga terlihat pada berbagai jenis pakaian. Itu karena bahan ini dianggap paling nyaman untuk dipakai bekerja ataupun bersantai di rumah. Oleh karena itu, merek dan bisnis perlu fokus menghasilkan koleksi kasual yang paling nyaman.

2. Merek mulai menarik minat konsumen melalui upcycling.

Upcycling adalah tren yang terus berkembang dan merupakan salah satu hal paling berkelanjutan yang dapat dilakukan untuk produk fesyen.

Dikarenakan upcycling memanfaatkan barang yang ada, seringkali menggunakan sedikit sumber daya dalam pembuatannya dan benar-benar membuat barang yang tidak diinginkan tidak menjadi limbah.

Daur ulang ini dapat meningkatkan kreativitas merek dalam membuat barang-barang unik. Alih-alih membeli banyak pakaian berbeda untuk satu koleksi. Dengan membuat lemari pakaian kapsul dari koleksi sebelumnya, merek dan bisnis bisa mengkreasikan produk lama menjadi sesuatu yang baru.

Hasilnya, upcycling ini akan mengurangi limbah fesyen dan menciptakan produk limited edition yang dapat dibeli pelanggan.

3. Konsumen lebih memilih merek lokal untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.

Berbelanja secara lokal dan mendukung komunitas lokal dari rumah adalah tren yang kemungkinan besar akan bertahan pada 2021 dan seterusnya.

Perbatasan yang masih ditutup dan situasi yang sulit bagi bisnis lokal telah menyatukan masyarakat Indonesia untuk bahu membahu membantu masyarakat setempat.

Bisnis lokal juga dapat memanfaatkan strategi digital untuk terhubung dengan konsumen di berbagai kanal.

Oleh karena masyarakat Indonesia tetap di rumah dan meningkatnya konsumsi konten mereka di perangkat seluler dan komputer, penting bagi merek dan bisnis untuk mempertimbangkan bagaimana menjangkau konsumen di media sosial dan melalui iklan daring.

4. Konsumen mengharapkan merek yang mereka dukung dapat bertanggung jawab secara sosial

Dampak sosial adalah salah satu area yang perlu diperbaiki merek dan bisnis Indonesia. Merek harus lebih terbuka mengenai informasi pemasok mereka dan tindakan yang mereka ambil untuk memastikan kondisi kerja yang etis serta upah yang adil.

Para pelaku bisnis juga perlu lebih sadar akan dampak lingkungan di setiap tahap desain. Apalagi jika menyangkut industri fesyen yang sebagian besar dilakukan secara luring, ketika pandemi melanda banyak kegiatan sourcing harus dilakukan secara daring, seperti pencarian bahan baku, produksi, pengiriman, dan penyimpanan.

Pelaku bisnis perlu meminimalkan dampak terhadap lingkungan sekaligus membantu konsumen untuk melakukan hal yang sama.

5. Pelaku bisnis perlu menjunjung inklusivitas dan merangkul keragaman.

Istilah keragaman dan inklusivitas telah digunakan selama bertahun-tahun dalam industri fesyen etis sebagai kepedulian terhadap keadilan lingkungan, ketidaksetaraan rasial, dan perampasan budaya akhirnya dibawa ke garis depan baik untuk pelaku bisnis maupun konsumen.

Para pelaku bisnis yang memasarkan produk mereka pada model yang terlihat berbeda dalam ukuran badan, warna kulit, usia, bentuk, kepribadian untuk mendapatkan daya tarik lebih dari sebelumnya.

Pemasaran visual juga memainkan peran penting dalam menggambarkan keragaman dari setiap bagian fesyen untuk dipilih konsumen sebelum mereka memutuskan untuk membeli.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro