Bisnis.com, JAKARTA - Orang yang menderita Hepatitis C kronis memiliki risiko lebih tinggi Covid-19 yang parah dibandingkan dengan penyakit lainnya. Mereka yang memiliki penyakit parah dimungkinkan memiliki risiko kerusakan hati yang lebih tinggi.
Melansir dari medicalnewstoday.com, sebuah studi terbaru menemukan penderita penyakit parah berisiko mengalami pemburukan Covid-19. Namun, orang dengan Hepatitis C tidak memiliki risiko lebih tinggi untuk masuk ICU atau kematian.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mencantumkan penyakit hati aCtau hepatitis sebagai faktor risiko untuk mengembangkan penyakit parah akibat Covid-19. Hepatitis merupakan jenis penyakit hati.
Risiko gejala Covid-19 yang parah bergantung pada tingkat sirosis yang dimiliki seseorang. Orang dengan Hepatitis lebih mungkin menerima perawatan di rumah sakit apabila memiliki skor fibrosis-4 yang tinggi.
Peneliti mengatakan virus HCV dan SARS-CoV-2 (Covid-19) memiliki struktur yang serupa. Keduanya merupakan virus RNA untai tunggal positif yang menyebabkan respons sistem kekebalan yang serupan. Oleh karena itu, beberapa obat antivirus yang menargetkan HCV juga dapat memengaruhi SARS-CoV-2.
Efektivitas obat HCV untuk mengobati Covid-19 untuk saat ini masih belum diketahui. Satu-satunya obat yang mendapat persetujuan dan Food and Drug Administration (FDA) untuk mengobati Covid-19 adalah remdesivir.
Selain antivirus, vaksin menjadi kunci dari penanganan Covid-19. Orang yang berusia 16 hingga 64 tahun dengan HCV dapat menerima vaksinasi lebih awal.
Namun, ada beberapa situasi di mana seseorang dengan HCV tidak dapat menerima vaksinasi yakni sebagai berikut:
1. Alergi parah terhadap salah satu bahan dalam vaksin
2. Reaksi alergi yang serius terhadap dosis pertama
3. Kondisi medis kronis lainnya yang dapat memengaruhi reaksi terhadap vaksin
Cara paling efektif bagi orang dengan HCV atau hepatitis agar tetap aman dari Covid-19 adalah dengan menaati segala protokol kesehatan yang berlaku. Jika dimungkinkan, tetaplah untuk berada di dalam rumah.
