Bisnis.com, JAKARTA - 1 dari 3 perempuan di Indonesia mengalami period poverty yaitu kesulitan akses untuk mendapatkan produk kebutuhan menstruasi, fasilitas yang aman dan higienis, serta akses pengetahuan mengenai menstruasi.
Period poverty sendiri disebabkan oleh kurangnya edukasi mengenai menstruasi/kesehatan perempuan karena hal ini tidak disosialisasikan secara komprehensif di sekolah ataupun di lingkungan sosial.
Akibatnya, banyak perempuan muda yang akhirnya enggan pergi ke sekolah atau tempat kerja, karena mengalami nyeri menstruasi yang parah dan tidak pernah diajarkan cara mengatasinya. Dampak jangka panjangnya, hal ini dapat memperparah ketidaksetaraan gender yang terjadi di lingkungan sosial.
Baca Juga Cara Mengobati Kram Menstruasi |
---|
Nicole Jizhar, Co-Founder of Nona, aplikasi untuk kalender siklus menstruasi atau period tracker mengatakan ketika dirinya didiagnosa dengan PCOS (Polycystic Ovary Syndrome) hampir 10 tahun yang lalu, dia pernah merasa bingung dan helpless.
Di kala itu, tidak ada informasi yang jelas dan terpercaya mengenai perempuan, hormon, dan siklus menstruasi. Pada akhirnya, dia meneliti banyak tentang topik tersebut dan bereksperimen dengan berbagai diet, gaya hidup, serta treatment untuk mengatasi PCOS yang dialami.
Hal ini membuat dirinya tidak ingin orang lain mengalami kebingungan yang dulu pernah dialaminya. Dia ingin setiap perempuan tahu bahwa ketidakseimbangan hormone serta pengalaman menstruasi yang tidak nyaman dapat diatasi melalui perubahan gaya hidup juga ingin setiap perempuan tahu bahwa menstruasi tidak harus menjadi sebuah pengalaman yang menyebalkan, melainkan menandakan bahwa seorang perempuan itu adalah sosok yang sehat dan kuat.
"Melalui platform Nona, saya juga berharap perempuan Indonesia bisa mendapatkan komunitas dan support system baru, serta dapat saling bertukar informasi dan pengalaman sehingga kita tidak merasa sendirian,” ujar Nicole.
Dia memaparkan, melalui aplikasi Nona Woman bisa mendapatkan edukasi yang layak tentang hormon, siklus menstruasi, dan women empowerment sehingga setiap perempuan dapat lebih mengenali diri dan tubuh mereka sendiri.
Melalui aplikasi ini, Nona ingin para penggunanya dapat kembali selaras dengan perubahan hormonal sepanjang siklus menstruasi, dan benar-benar mendengarkan apa yang tubuh mereka butuhkan. Pengguna dapat memantau siklus menstruasi, mengidentifikasi pola-pola yang terjadi dalam tubuh, memahami dan memelihara tubuh serta berbagi cerita juga pengalaman dengan sesama perempuan di Indonesia. Aplikasi yang diberi nama Nona Woman, dan sudah dapat diunduh secara gratis oleh pengguna iOS dan Android.
Monica Pranatajaya, Co-Founder of Nona juga mengaku pernah melewati pengalaman buruk terkait kesehatan reproduksi pribadi. Selama 5 tahun, dia pernah harus mengonsumsi pil kontrasepsi tanpa paham betul apa dampak buruknya bagi tubuh saya.
"Setelah melalui perjalanan dan proses panjang, saya akhirnya tahu dan mengerti apa masalah yang sesungguhnya terjadi pada tubuh saya. Oleh karena itu, saya ingin berbagi pengalaman dan pengetahuan yang saya punya kepada setiap perempuan Indonesia yang masih minim edukasi dan butuh dukungan dari sekitar,” ungkapnya.