Bisnis.com, JAKARTA - BPOM disebutkan akan merevisi Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) No. 31/2018 tentang kemasan pangan olahan.
Revisi itu, secara tidak langsung mendorong pelaku usaha beralih dari galon guna ulang (GGU) ke produk sekali pakai.
Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar, Kementerian Perindustrian, Edy Sutopo menjelaskan dengan sekitar 880 juta GGU yang beredar di pasaran saat ini, investasinya diperkirakan sebesar Rp30,8 triliun.
Jika beralih ke galon sekali pakai, nilai investasi tersebut akan membengkak menjadi Rp51 triliun. "Kalau menggunakan galon sekali pakai, [investasinya] sekitar Rp51 triliun setiap tahun, dan dampaknya yang akan cukup besar terhadap lingkungan," kata Edy mengutip Bisnis.
Revisi beleid itu disebutkan bakal mewajibkan GGU yang berbahan polikarbonat (PC) untuk mencantumkan label mengandung Bisfenol A (BPA). Label BPA free atau bebas BPA, dapat dicantumkan pada produk air minum dalam kemasan (AMDK) selain berbahan polikarbonat. Adapun, botol sekali pakai berbahan polietilena (PET) dan tidak mengandung BPA.
BPA sudah sejak lama disebut-sebut berbahaya pada kesehatan manusia. Jadi apa sebenarnya BPA itu dan dampaknya
Melansir clinic mayo, BPA adalah singkatan dari bisphenol A, bahan kimia industri yang telah digunakan untuk membuat plastik dan resin tertentu sejak tahun 1950-an.
BPA ditemukan dalam plastik polikarbonat dan resin epoksi. Plastik polikarbonat sering digunakan dalam wadah yang menyimpan makanan dan minuman, seperti botol air. Mereka juga dapat digunakan dalam barang-barang konsumsi lainnya.
Resin epoksi digunakan untuk melapisi bagian dalam produk logam, seperti kaleng makanan, tutup botol, dan saluran pasokan air. Beberapa sealant dan komposit gigi juga mungkin mengandung BPA.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa BPA dapat meresap ke dalam makanan atau minuman dari wadah yang dibuat dengan BPA.
Paparan BPA menjadi perhatian karena kemungkinan efek kesehatan pada otak dan kelenjar prostat janin, bayi, dan anak-anak.
Hal ini juga dapat mempengaruhi perilaku anak. Penelitian tambahan menunjukkan kemungkinan hubungan antara BPA dan peningkatan tekanan darah, diabetes tipe 2, dan penyakit kardiovaskular.
Namun, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengatakan bahwa BPA aman pada tingkat yang sangat rendah yang terjadi pada beberapa makanan. Penilaian ini didasarkan pada tinjauan ratusan penelitian. FDA terus memantau penelitian.
Jika Anda mengkhawatirkan BPA, Anda dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi paparan Anda sebagai berikut:
1. Gunakan produk bebas BPA. Produsen membuat semakin banyak produk bebas BPA. Cari produk yang berlabel bebas BPA. Jika suatu produk tidak diberi label, perlu diingat bahwa beberapa, tetapi tidak semua, plastik yang ditandai dengan kode daur ulang 3 atau 7 mungkin mengandung BPA.
2. Hindari panas. Jangan masukkan wadah plastik ke dalam microwave atau mesin pencuci piring, karena panas dapat merusaknya seiring waktu dan memungkinkan BPA larut ke dalam makanan.
3. Kurangi kaleng. Kurangi penggunaan makanan kaleng.
4. Gunakan alternatif. Gunakan wadah kaca, porselen, atau baja tahan karat untuk makanan dan cairan panas daripada wadah plastik.