Bisnis.com, JAKARTA - Pembedahan atau operasi tentu saja menjadi momok bagi siapapun, terkecuali kaum hawa. Terlebih bagi mereka yang mengalami gangguan atau penyakit organ reproduksi seperti miom, kista, atau tumor. Sebab pembedahan meninggalkan bekas sayatan besar.
Dokter Spesialis Kandungan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Bunda Jakarta, dr. Sita Ayu Arumi, Sp.PK menjelaskan laparoskopi merupakan prosedur bedah yang memungkinkan pembedahan pada perut atau panggul tanpa harus membuat sayatan besar. Prosedur yang juga dikenal sebagai operasi invasif minimal atau lubang kunci ini dilakukan mengunakan alat laparoskop.
Alat tersebut berbentuk seperti tabung kecil dan dilengkapi kamera lengkap dengan pencahayaannya. Fungsinya adalah menangkap gambar di bagian dalam perut atau panggul untuk kemudian ditampilkan pada monitor.
"Operasi ini tidak menghasilkan bekas sayatan besar seperti operasi konvensional. Biasanya untuk operasi invasif minimal ini tiga sampai empat titik sayatan, masing-masing 1 centimeter. Kemudian untuk satu titik atau single 3-4 centimeter," katanya dalam sebuah diskusi virtual belum lama ini.
Selain mengurangi sayatan yang berpengaruh terhadap estetika, cara ini banyak dipilih lantaran memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan yang dimaksud adalah waktu pemulihan jauh lebih cepat hingga mengurangi rasa sakit dan perdarahan setelah operasi.
"Fast track recovery kalau kita bilang, 36 jam sudah bisa pulang. Dua hari kemudian bisa beraktivitas aktivitas normal ya seperti bekerja misalnya," ujarnya.
Walaupun demikian, tentu saja sebisa mungkin tindakan operasi sebaiknya dihindari. Demikian halnya dengan penyakit organ reproduksi yang juga bisa dihindari dengan pemeriksaan rutin ke dokter kandungan.
Menurut Dokter Spesialis Kandungan RSIA Bunda Jakarta, dr. Triskawati Indang Dewi, Sp.OG(K) Onk, pemeriksaan rutin ke dokter kandungan diperlukan untuk mencegah berbagai penyakit organ reproduksi perempuan, khususnya kanker serviks.
Selama ini, tak sedikit perempuan di Tanah Air yang baru memeriksakan dirinya ke dokter kandungan apabila sudah merasakan gejala parah atau tak sadar sudah lama mengidap penyakit tersebut.
"Angka kasus kanker serviks ini kejar-kejaran dengan kasus kanker payudara. Jadi beban berat karena setiap harinya bisa 58 kasus bertambah di Indonesia. Tingkat kematian juga tinggi mencapai 26 orang setiap hari. Biasanya pasien datang ketika sudah mengalami gejala parah," katanya.