Bisnis.com, JAKARTA - Meluruskan rambut, mencatok, mengeringkan semuanya termasuk ke dalam kegiatan penataan rambut atau hair styling yang umum dilakukan oleh banyak wanita, termasuk di Indonesia.
Tujuannya tentunya selain merapikan rambut, juga untuk tampil lebih cantik. Banyak wanita yang kurang percaya diri ke luar rumah tanpa mencatok rambut.
Namun, sebuah studi mengungkap bahwa kegiatan hair styling ini bisa memicu penyakit serius, yakni kanker rahim.
Penelitian ini dilakukan oleh para peneliti dari National Institutes of Health (NIH) Amerika Serikat, yang kemudian dipublikasikan dalam The Journal of Cancer Institute (JNCI) pada 17 Oktober 2022.
Sebelumnya, sudah ada penelitian mengenai penggunaan produk rambut dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi dari kanker payudara dan ovarium. Meskipun, memang tidak ada penelitian yang mengaitkan hal tersebut pada kanker rahim.
Mengutip laman The Journal of Cancer Institute dan American Cancer Society, hasilnya penelitian ini menemukan bukti epidemiologis pertama tentang hubungan antara penggunaan produk pelurus rambut dan kanker rahim.
Baca Juga Cara Chua Kotak Cegah Kanker Rahim |
---|
Apa saja produknya?
Penelitian ini dilakukan pada 33.947 wanita berusia 35-74 tahun, dari tahun 2003-2009, dengan penggunaan produk perawatan rambut selama 12 tahun terakhir.
Produk perawatan rambut tersebut adalah pewarna rambut yang sementara dan permanen, pelurus, pelemas, dan catokan rambut.
Hal ini lantaran bahan kimia dalam produk perawatan rambut tersebut dapat berkontribusi pada peningkatan risiko kanker rahim. Khususnya produk pelurus rambut yang lebih berisiko dibanding produk lainnya.
Baca Juga Mitos Tentang Kanker Rahim |
---|
Penggunaan pelurus dapat menyebabkan lesi kulit kepala dan luka bakar. Ini kemudian memfasilitasi permeabilitas bahan kimia melalui kulit kepala.
Siapa saja yang berisiko lebih tinggi terpapar kanker rahim?
1. Wanita dengan aktivitas fisik yang rendah
Wanita dengan aktivitas fisik yang rendah memiliki hubungan yang kuat dengan penggunaan pelurus rambut ini.
Hal ini dikarenakan wanita dengan aktivitas fisik yang rendah memiliki risiko kanker rahim yang lebih tinggi, dibandingkan dengan wanita yang beraktivitas fisik tinggi. Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk hal ini.
2. Wanita dengan obesitas
Wanita dengan obesitas sebelumnya telah terbukti mengubah hubungan antara paparan yang berhubungan dengan aktivitas hormonal dan kanker rahim.
Setelah melewati rangkaian tahap penelitian, perkiraan efeknya tetap serupa, mendukung mekanisme hormonal potensial yang menghubungkan penggunaan produk rambut dengan kanker rahim.
3. Wanita dengan kulit gelap
Wanita dengan kulit gelap memiliki risiko terpapar kanker rahim lebih tinggi akibat penggunaan produk rambut, dibandingkan dengan wanita yang berkulit putih.
Hal ini tidak berkaitan dengan perbedaan bahaya karena warna kulit ataupun ras, tetapi wanita dengan kulit hitam lebih terbiasa menggunakan produk pelurus rambut sejak usia muda dan frekuensi penggunaannya lebih tinggi, dibandingkan dengan wanita berkulit putih.
Ini kemudian berbanding lurus dengan bahaya dan risiko setelah penggunaan produk rambut tersebut.