Bisnis.com, JAKARTA - Popularitas minuman kopi, boba hingga thai tea kemungkinan akan tergantikan dengan minuman sensasi bir non alkohol yang diprediksi bakal jadi tren di 2023.
Managing Director DRiPP Flavour Sherley Ruslie mengatakan, munculnya tren ini sejalan dengan meningkatnya peminat pada minuman non-alkohol.
Apalagi semenjak pandemi, minuman alkohol sedikit mengalami penurunan permintaan karena alasan kesehatan. Sehingga, banyak masyarakat yang beralih mencari minuman non-alkohol.
“Market ini akan tumbuh dengan pesat. Karena, di Amerika dan Eropa sendiri naik 30 persen tiap tahun. Sehingga, ini menjadi peluang besar untuk pasar Indonesia. Apalagi, untuk masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam,” ungkapnya kepada Bisnis Selasa (31/1/2023).
Dia melanjutkan, bisnis ini akan sangat mengisi ruang kosong dalam segi lifestyle, di mana masyarakat muslim yang selama ini tidak bisa mencicipi bir karena adanya larangan atas sebuah minuman yang mengandung alkohol di dalamnya.
“Kita sebagai perusahaan yang bergerak di bidang Goods and Services, melihat bahwa minuman ini sangat masuk di kalangan kita, karena kita bisa masuk dari segi lifestyle, tapi komposisi bahannya halal, serta rendah kalori, so everybody can enjoy the fun,” ujarnya.
Tantangan Pelaku Bisnis Minuman
Sherley mengatakan sejumlah tuntutan konsumen membuat semua perusahaan harus menyikapinya dengan menghasilkan produk baru yang dapat memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen.
Namun, dengan banyaknya bisnis baru yang bermunculan, membuat persaingan bisnis makin meningkat, alhasil justru membuat kegagalan produk menjadi risiko yang tak bisa terhindarkan.
Baginya, pelaku bisnis tidak boleh hanya fokus dalam mengembangkan produk, tapi juga menentukan strategi penjualan yang dapat menarik minat konsumen menjadi unsur yang tak kalah penting.
“Kandungan, rasa, memang harus diperhatikan. Tapi, terkadang banyak pelaku bisnis yang gagal ketika berusaha membuat inovasi itu karena dari segi waktu ya, bisa jadi too early, di mana kadang masyarakatnya belum siap. Tapi, dengan marketing strategy yang tepat dan pricing yang sesuai itu bisa men-trigger pasar,” jelasnya.
Strategi Pelaku Bisnis Kala Ciptakan Inovasi Produk
Sherley tak menampik fakta bahwa banyak bisnis yang ketika melakukan inovasi produk, banyak yang mengalami kegagalan dan berujung takut meninggalkan zona nyaman.
Alhasil menurut dia, kini sudah seharusnya brand sekarang menyadari bahwa komunitas pelanggan bukan saja sebagai target pasar semata, tapi memiliki nilai lebih dari itu. Nilai itu adalah menganggap komunitas tersebut sebagai bagian dari ekosistem yang harus dirawat dan dikembangkan sebab mereka adalah partner yang sesungguhnya.
“Misal, kita taruh asumsi minuman non alkohol itu target marketnya usia 19 hingga 35 tahun, maka penting untuk menyasar komunitas-komunitas lifestyle,” tuturnya.
Selain itu, penting juga untuk mengumpulkan massa saat sebuah brand sedang meluncurkan sebuah produk baru atau menyelenggarakan event untuk mendongkrak brand awareness nya.
Pasalnya, ketika sudah menyasar sebuah komunitas, maka mereka akan menjadi garda terdepan dalam memberikan dukungan, bahkan sekaligus menjadi channel pemasaran baru bagi kelompoknya.
“Jadi, menurut kami penting untuk mempersiapkan segala pemasarannya dengan matang. Jangan, gampang latah, ketika bisnis A ekspansi, bisnis B ikut ekspansi padahal belum siap. Itu yang sering kita temukan mengapa banyak yang gagal di bisnis minuman,”