Bisnis.com, JAKARTA - Peru di Amerika Selatan sedang berjuang melawan wabah demam berdarah terburuk dengan 200 orang dilaporkan meninggal, menurut kementerian kesehatan negara itu.
Setidaknya saat ini ada 130.000 kasus demam berdarah yang dikonfirmasi di negara ini.
Sebagian besar kematian terjadi di Peru utara, menurut Reuters. Sesuai laporan, pejabat kesehatan mengatakan rumah sakit "lumpuh" dan tenaga medis dari seluruh negeri berbondong-bondong untuk merawat mereka yang terinfeksi demam berdarah, penyakit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, demam berdarah jarang terjadi di daratan AS dan hampir semua kasus terjadi di antara para pelancong.
Bahkan ketika wabah demam berdarah terjadi, biasanya terbatas pada area kecil. Lalu apa yang menyebabkan munculnya penyakit ini secara tiba-tiba dan menyebabkan begitu banyak kematian?
Raman Velayudhan, yang memimpin program WHO untuk Penyakit Tropis Terabaikan, mengatakan hal ini bisa diakibatkan oleh perubahan iklim, peningkatan curah hujan, suhu yang lebih tinggi, dan kelembapan yang lebih tinggi.
Peran El Nino
El Niño dikaitkan dengan kumpulan air laut hangat yang berkembang di Pasifik khatulistiwa tengah dan timur-tengah, termasuk wilayah lepas pantai Pasifik Amerika Selatan.
Epidemi demam berdarah di Peru telah diperparah dengan dimulainya pola cuaca El Niño, yang menyebabkan siklus pemanasan lautan dan cuaca dunia.
Kehangatan ini memicu siklon tropis di Pasifik, meningkatkan curah hujan dan risiko banjir di wilayah tersebut. Semua ini dapat berkontribusi pada peningkatan kasus DBD.
Gejala DBD
Menurut CDC AS, banyak orang yang digigit nyamuk yang terinfeksi mungkin tidak menunjukkan gejala. Dalam kasus ringan, orang mungkin mengalami menggigil, demam, ruam, dan nyeri tubuh yang biasanya berlangsung sekitar tujuh hari.
Selanjutnya, infeksi dengue yang parah dapat menyebabkan syok, pendarahan internal, kegagalan organ, dan bahkan kematian. Sekitar 1 dari 20 orang yang terinfeksi demam berdarah mengalami kasus yang parah, sesuai data.
Otoritas kesehatan di Peru juga mengatakan bahwa mereka telah mengasapi jutaan rumah di seluruh negeri untuk menghentikan penyebaran infeksi.
"Kami telah mengoperasikan 1.485 thermo nebulizer secara nasional," kata kepala kesehatan Peru, Menteri Rosa Gutierrez. Dia juga mengunjungi wilayah Piura selama akhir pekan untuk "mengawasi tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap nyamuk Aedes."