Bisnis.com, JAKARTA - Puasa merupakan ibadah yang diwajibkan bagi umat Muslim, namun bagi penderita diabetes, puasa harus dilakukan dengan hati-hati untuk menjaga kesehatan. Kondisi diabetes yang mempengaruhi kadar gula darah memerlukan perhatian khusus selama berpuasa.
Oleh karena itu, penting untuk memahami apakah puasa aman bagi penderita diabetes dan bagaimana cara mengelola kondisi ini dengan benar
Apakah Penderita Diabetes Wajib Berpuasa?
Dilansir dari rsud.tulungaggung.go.id, Senin (17/2/2025) simak pembagian kategori risiko puasa bagi penderita diabetes:
1. Risiko Rendah: Boleh Berpuasa
- Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet dan obat-obatan dan Kadar HbA1C < 7%.
2. Risiko Sedang: Boleh Puasa dengan Hati-hati
- Pasien dengan diabetes yang terkontrol oleh diet, obat-obatan, atau insulin aksi singkat dan Kadar HbA1C < 8%.
3. Risiko Tinggi: Diperbolehkan Tidak Berpuasa
- Nilai gula darah puasa atau gula darah sebelum puasa 150-300 mg/dl.
- Kadar HbA1C 8-10%.
- Memiliki komplikasi mikrovaskular (gangguan retina, ginjal, saraf) atau makrovaskular.
4. Risiko Sangat Tinggi: Tidak Direkomendasikan Berpuasa
- Pemeriksaan gula darah tinggi, dengan rata-rata gula darah puasa atau gula darah sebelum puasa > 300 mg/dl.
- Kadar HbA1C > 10%.
- Hipoglikemia berat dalam 3 bulan terakhir.
- Hipoglikemia berulang atau hipoglikemia yang tidak diketahui penyebabnya.
- Komplikasi diabetes seperti ketoasidosis atau hiperglikemia hiperosmolar.
Tips Puasa untuk pernderita Diabetes
Dilansir dari myclevelandclinic.org, rencanakan puasa dengan lima strategi jika Anda mengidap diabetes
1. Pantau Gula Darah Anda Secara Teratur
Saat berpuasa, sangat penting untuk memantau kadar gula darah Anda. Anda lebih berisiko mengalami gula darah yang sangat tinggi atau rendah, serta dehidrasi.
Puasa juga dapat menyebabkan ketoasidosis diabetes, kondisi serius yang terjadi ketika tubuh kekurangan insulin dan mengubah lemak menjadi keton, yang bisa membahayakan kesehatan. Untuk mengurangi risiko ini, periksa gula darah Anda secara rutin. Anda juga bisa meminta dokter untuk menggunakan alat pemantau glukosa kontinu, yang mengukur kadar gula darah sepanjang hari.
2. Kenali Tanda Peringatan
Selain memantau gula darah, kenali tanda-tanda peringatan kadar gula darah tinggi atau rendah. Tanda-tanda gula darah rendah (hipoglikemia) antara lain gemetar, lemas, keringat dingin, cepat lapar, jantung berdebar, pusing, kebingungan, dan cemas.
Tanda-tanda gula darah tinggi (hiperglikemia) termasuk penglihatan kabur, sering buang air kecil, sakit kepala, serta rasa haus atau lapar berlebihan. Jika Anda mengalami gejala-gejala ini, periksa gula darah segera.
3. Buka Puasa dengan Hati-Hati
Saat berbuka puasa, pilih makanan sehat yang dapat menghidrasi tubuh dan mengembalikan energi. Jangan terburu-buru makan, karena otak membutuhkan waktu 15-30 menit untuk merasakan kenyang.
Puasa yang panjang bisa berisiko menyebabkan kenaikan berat badan jika Anda terlalu banyak makan, terutama makanan berkarbohidrat. Jika berpuasa selama Ramadan, pertimbangkan untuk bekerja dengan ahli gizi untuk menyusun rencana makan yang sesuai.
4. Tetap Terhidrasi di Luar Jam Puasa
Dehidrasi adalah risiko besar saat berpuasa, terutama jika Anda tidak bisa minum air. Penting untuk minum cukup air di luar jam puasa dan hindari minuman berkafein atau manis. Ini sangat penting di daerah dengan iklim panas atau jam siang yang panjang, di mana risiko dehidrasi dan ketoasidosis diabetes lebih tinggi.
5. Lakukan Olahraga Secara Teratur
Olahraga dapat membantu mengatur gula darah, menjaga berat badan, dan mendukung kesehatan jantung. Namun, jika Anda mengidap diabetes, bicarakan terlebih dahulu dengan dokter tentang latihan fisik saat berpuasa. Olahraga ringan hingga sedang lebih disarankan, seperti berjalan kaki setelah berbuka puasa.
Dengan perencanaan yang tepat dan pengawasan medis, Anda bisa berpuasa dengan aman meskipun memiliki diabetes. (Siti Laela Malhikmah)