Bisnis.com, JAKARTA - Belakangan ini, semakin sering terdengar kabar tentang penurunan tingkat kesuburan.
Fenomena yang mengarah pada depopulasi ini menunjukkan adanya penurunan signifikan dalam total fertility rate (TFR), yang sebelumnya rata-rata tiap pasangan memiliki dua hingga tiga anak.
Namun, kini angka tersebut menurun drastis, bahkan beberapa pasangan hanya memiliki satu anak atau bahkan tidak memiliki anak sama sekali.
“Tingkat kesuburan yang menurun adalah masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu penyebab utama adalah perubahan gaya hidup yang memengaruhi kesehatan reproduksi. Makanan yang tidak sehat, polusi, dan faktor stres berperan besar dalam menurunnya kesuburan pada kedua gender,” ujar dr. Surya Adi Pramono, Sp.OG, Subsp. FER, MIGS, dari Bocah Indonesia.
dr. Surya menambahkan, pada wanita, salah satu faktor yang perlu diwaspadai adalah penurunan cadangan telur.
Sebelumnya, wanita baru mengalami penurunan cadangan telur di usia 50-52 tahun, namun kini banyak wanita yang mengalami penurunan cadangan telur jauh lebih awal dari itu. “Hal ini dapat menyebabkan masalah kesuburan, bahkan pada wanita yang masih relatif muda,” terangnya.
Baca Juga Langkah-Langkah Menjaga Kesuburan |
---|
Dia juga menambahkan, beberapa kondisi medis juga berkontribusi pada penurunan tingkat kesuburan. Gangguan seperti endometriosis, polip rahim, dan masalah pada saluran tuba dapat menghambat kemampuan wanita untuk hamil.
Endometriosis, misalnya, terjadi ketika jaringan rahim tumbuh di luar tempat yang seharusnya, menyebabkan rasa nyeri hebat dan masalah kesuburan. Gangguan tuba, yang disebabkan oleh infeksi atau peradangan, juga menjadi penyebab utama kesulitan hamil.
“Selain itu, masalah siklus menstruasi yang tidak teratur dapat menjadi indikator gangguan kesuburan. Jika seorang wanita mengalami siklus menstruasi yang jarang atau bahkan lebih sering dari biasanya, itu bisa menjadi tanda adanya masalah dengan ovulasi atau kesehatan reproduksi lainnya,” tuturnya.
dr. Surya mengungkapkan, nyeri haid yang berlebihan, atau dismenore, juga dapat mengindikasikan masalah reproduksi. Ada dua jenis dismenore: primer dan sekunder. Dismenore primer umumnya terjadi karena perubahan hormonal, sementara dismenore sekunder lebih sering disebabkan oleh kondisi medis seperti endometriosis atau fibroid. “Nyeri yang sangat parah dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, sehingga penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter,” ucapnya.
Untuk mengatasi penurunan kesuburan, dr. Surya menyampaikan, langkah pertama adalah memahami penyebabnya. Perubahan gaya hidup seperti menghindari makanan yang tinggi gula dan minyak, serta meningkatkan aktivitas fisik, dapat membantu memperbaiki kondisi tubuh secara keseluruhan. Selain itu, terapi fisik seperti penggunaan pemanas untuk mengurangi nyeri haid dan pijat ringan juga dapat memberikan bantuan.
“Bagi mereka yang menghadapi masalah kesuburan yang lebih serius, pemeriksaan medis seperti ultrasonografi (USG) dan tes laparoskopi dapat membantu mengidentifikasi penyebabnya. Jika ditemukan masalah yang lebih kompleks seperti endometriosis, terapi hormon atau bahkan tindakan operasi mungkin diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut,” imbuhnya.
Menurut dr. Surya, sebagai langkah pencegahan, sangat penting bagi wanita untuk memeriksakan kesehatan reproduksinya lebih awal. Jika mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, nyeri hebat saat haid, atau gangguan lainnya, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Terutama bagi pasangan yang sudah menikah namun belum juga dikaruniai anak setelah satu tahun berusaha, pemeriksaan kesuburan perlu dilakukan agar masalah dapat ditangani lebih cepat.
“Penurunan tingkat kesuburan memang menjadi perhatian serius, tetapi dengan pemahaman yang tepat dan penanganan yang sesuai, banyak masalah reproduksi yang dapat diatasi. Kesuburan adalah hal yang sangat berharga, dan dengan perawatan yang tepat, pasangan dapat meningkatkan peluang untuk memiliki keluarga yang mereka inginkan,” tutupnya.