Bisnis.com, JAKARTA - Bagi pasangan suami istri, memiliki anak adalah impian yang ingin diwujudkan. Namun, tidak semua pasangan bisa mendapatkan anak, dengan alasan masalah kesehatan, salah satunya azoospermia.
Azoospermia adalah kondisi medis dimana tidak adanya sperma dalam cairan ejakulasi, dan ini bisa menjadi salah satu penyebab utama infertilitas pada pria.
Azoospermia adalah kondisi di mana tidak ada sperma yang terdeteksi dalam cairan ejakulasi pada pria. Ini bukan berarti pria sama sekali tidak bisa memiliki anak, tetapi sperma yang dibutuhkan mungkin terhambat atau tidak diproduksi dalam jumlah yang cukup.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh dua faktor utama:
1. Azoospermia Obstruktif
Kondisi ini disebabkan oleh sumbatan pada saluran reproduksi, seperti di epididimis atau vas deferens, yang menghalangi sperma keluar. Testis biasanya masih memproduksi sperma normal, dan penanganannya bisa melalui pembedahan atau pengambilan sperma langsung dari testis untuk program bayi tabung (IVF/ICSI).
2. Azoospermia Non-obstruktif
Kondisi ini terjadi karena gangguan produksi sperma di testis, bisa akibat kelainan genetik, hormonal, atau masalah testis seperti varikokel. Penanganannya lebih kompleks dan sering memerlukan terapi hormonal.
Faktor penyebabnya beragam, mulai dari kelainan genetik, gangguan hormonal, infeksi atau peradangan di organ reproduksi, efek samping pengobatan, hingga efek samping dari prosedur medis tertentu seperti kemoterapi atau operasi di daerah testis.
Gejala Seorang Pria Mengalami Azoospermia
Azoospermia seringkali tidak menunjukkan gejala khusus pada seseorang, dan baru akan muncul pada saat pasangan mengalami kesulitan untuk memiliki anak. Untuk mendiagnosis azoospermia, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan seperti :
● Analisis Sperma, pemeriksaan laboratorium untuk melihat apakah ada sperma saat ejakulasi.
● Tes Hormon, untuk mengevaluasi apakah masalah disebabkan oleh gangguan hormon.
● USG Skrotum, untuk melihat apakah ada sumbatan di saluran sperma atau kelainan lainnya.
● Biopsi Testis, prosedur untuk mengambil sampel jaringan testis dan melihat apakah masih ada produksi sperma.
Menurut dr. Widya Juwita, M.Biomed, Sp.And, dokter spesialis andrologi di Bethsaida Hospital, azoospermia bukan berarti pria tidak bisa memiliki anak.
Baca Juga Langkah-Langkah Menjaga Kesuburan |
---|
"Dengan pemeriksaan yang tepat, kita bisa menentukan penyebabnya dan memberikan solusi yang sesuai, baik melalui terapi hormon, pembedahan, atau teknik reproduksi berbantu seperti IVF (in Vitro Fertilization)." ujarnya.
Apakah Pria Tanpa Sperma Masih Bisa Memiliki Anak? Jawabannya, YA! Meskipun sperma tidak ditemukan dalam air mani, bukan berarti pria tersebut tidak bisa memiliki anak.
Beberapa metode yang dapat membantu antara lain:
1. Pembedahan untuk Mengatasi Penyumbatan – Jika azoospermia disebabkan oleh sumbatan di saluran sperma, prosedur operasi dapat membantu membuka kembali jalur sperma.
2. Aspirasi Sperma (TESA/PESA) – Jika sperma tidak bisa keluar secara alami, dokter dapat mengambil sperma langsung dari testis atau epididimis melalui prosedur medis khusus.
3. Terapi Hormon – Jika penyebabnya adalah gangguan hormon, terapi hormon bisa membantu meningkatkan produksi sperma.
4. Teknik Bayi Tabung (IVF + ICSI) – Jika hanya sedikit sperma yang ditemukan, teknik In Vitro Fertilization (IVF) dengan Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) bisa membantu pembuahan secara langsung di laboratorium.
dr. Luxandre, General Manager Medis Bethsaida Hospital menyampaikan, Bethsaida Hospital mengembangkan fasilitas Klinik Andrologi dengan dokter spesialis yang berpengalaman dalam menangani berbagai masalah kesehatan hormonal dan reproduksi pria, termasuk azoospermia.