Bisnis.com, LOMBOK TIMUR - Sebagian warga Kabupaten Lombok Timur mengonsumsi tuak manis atau air enau untuk pengobatan yang dapat memberikan berbagai manfaat untuk kesehatan bagi yang rutin meminumnya.
"Masyarakat meyakini, bila dikonsumsi secara rutin, air tuak manis dapat menyembuhkan penyakit kencing batu, kencing manis, serta dapat menetralisir racun di dalam tubuh. Selain itu, tuak juga menyehatkan jantung, paru-paru termasuk menormalkan empedu," kata Khairil Anwar, pedagang sekaligus penyadap air tuak manis di Lombok Timur, Sabtu (24/5/2014).
Keyakinan ini, lanjut Khairil, membuat sejumlah warga di pedesaan tertarik untuk memperjualbelikan tuak manis sebagai penghasilan tambahan ekonomi.
Menurut dia, satu pohon enau, hanya menghasilkan air tuak manis sekitar 1 liter. Namun untuk mendapatkan airnya, tandan yang akan disadap harus berbunga, sekaligus bertepatan dengan munculnya bau harum.
"Tidak sembarangan untuk mengambil airnya karena harus memperhatikan saat pohon berbunga dan berbau wangi pada bunganya. Setelah air nira berhasil disadap, baru siap dijual ke masyarakat," ujar Khairil.
Lelaki berusia 45 tahun asal Dusun Kebon Tebu, Pancor, Lombok Timur, ini melanjutkan, usaha berjualan tuak manis ini telah ditekuninya selama puluhan tahun.
Penghasilan dari menjual air tuak manis, mampu membiayai kebutuhan hidup keluarga Khairil Anwar. Termasuk menyekolahkan anak semata wayangnya hingga ke jenjang SMU. Di samping untuk minuman yang bermanfaat bagi kesehatan, lanjut dia, air nira juga bisa dipergunakan untuk membuat gula merah yang biasa disebut gula aren.
Sayangnya, untuk mendapatkan air tuak manis tersebut dari pohon, hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu.
"Tuak manis ini hanya didapatkan pada saat musim kemarau seperti sekarang ini. Kalau pada musim penghujan, hasil sadapan tidak bagus. Bahkan, jika dijual tidak akan laku," kata Ahyar Rasyidi, penjual tuak manis lainnya di Lombok Timur.
Faktor lain yang membuat tuak tidak laku, apabila terlambat dijual atau mungkin terlalu lama disimpan, karena telah berubah rasa. "Kalau rasanya asem atau kecut, tuak manis itu tidak akan laku. Dan khasiatnya pun sudah tidak ada lagi," ucap Ahyar.
Ahyar melanjutkan tuak manis ini cukup disukai warga dari berbagai macam profesi, termasuk yang bekerja di bidang kesehatan, seperti para dokter. Tidak sedikit di antara dokter itu yang memesannya sejak awal.
"Dokter, mantri dan pejabat daerah, banyak memesan air tuak manis kami. Mereka menganggap minuman itu punya khasiat," ujarnya.
Disinggung soal harga, Ahyar menyatakan satu botol kemasan setengah liter, dihargai Rp5.000. Ahyar menyebutkan, dalam sehari tuak manis yang mampu disadapnya sebanyak 40 botol. Akan tetapi, pada waktu-waktu tertentu jumlahnya bisa berkurang, tergantung dari besar kecilnya pohon enau.
Apabila disadap pada sore harinya, saat itu juga air nira harus langsung dijual. Demikian pula halnya jika disadap pada pagi hari, hendaknya dijual secepatnya jika tidak ingin berubah rasa.
"Kami punya pelanggan tetap, sehingga kami menjaga mutu. Orang lain kadang air tuak manis yang dijual dicampur dengan air kelapa muda atau bahkan dengan air. Namun kami tidak melakukannya karena menjaga mutu," kata Ahyar.