Pensiun /foto reuters
Fashion

Sudah Tepatkah Perencanaan Pensiun Anda?

Wike Dita Herlinda
Minggu, 5 Maret 2017 - 19:21
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Banyak sekali orang Indonesia yang menghabiskan usia produktifnya untuk bekerja menggebu-gebu, demi mengumpulkan uang dan menginvestasikannya guna mencapai kemakmuran.

Namun, rupanya para investor tersebut terlalu larut ke dalam gairah masa produktifnya dan keasyikan dengan pencapaian mereka saat ini. Mereka lupa bahwa kelak akan ada masa perhentian manakala usia semakin beranjak senja.

Sebuah survei yang dilakukan oleh Manulife mengungkapkan bahwa mayoritas investor di Tanah Air memiliki risiko yang tinggi karena tidak siap menghadapi realita finansial mereka di masa pensiun.

Survei bertajuk Manulife Investor Sentimen Index (MISI) itu merangkum data bahwa 96% investor Indonesia yakin mereka masih bisa memliki gaya hidup yang sama seperti saat masih produktif, atau bahkan lebih baik lagi pada saat pensiun nanti.

“Mereka tak menyadari bahwa simpanan mereka akan terus menyusut akibat pengeluaran di masa pensiun, dan pada akhirnya hal itu akan membahayakan keuangannya,” tutur Chief of Employee Benefits PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, Karyadi Pranoto, awal pekan ini.

Bisa dibilang, investor Indonesia terlalu percaya diri dengan masa depan mereka. Sebanyak 71% dari mereka yakin bahwa saat ini mereka sudah berada di jalur yang tepat untuk menggapai berbagai tujuan finansialnya.

Bahkan, 10% dari investor Tanah Air optimistis telah melampaui target yang mereka tetapkan. Sebaliknya, hanya 19% dari para investor dalam negeri yang merasa khawatir akan kehabisan uang saat masa pensiun kelak.

Sebenarnya, merasa optimistis dengan masa depan yang cerah bukanlah hal negatif. Sayangnya, di Indonesia, optimisme tersebut tidak dibarengi dengan strategi yang memadai untuk memproteksi masa depan keuangan keluarga.

Buktinya, meskipun para investor menjadikan perencanaan pensiun sebagai prioritas utama setelah pendidikan anak, 24% dari mereka hanya mengalokasikan kurang dari 10% tabungannya untuk simpanan dana pensiun.

Karyadi juga memaparkan sebanyak 57% investor berharap dapat mengumpulkan tabungan senilai maksimal Rp100.000 juta untuk masa pensiun mereka. Padahal, dengan nilai tersebut, tabungan mereka akan habis hanya dalam waktu dua hingga tiga tahun. Sebab, rata-rata pengeluaran rumah tangga para investor di Indonesia saat ini adalah senilai Rp4 juta per bulan.

“Sebenarnya menyenangkan melihat para investor Indonesia sangat antusias mempersiapkan masa depan mereka. Namun, untuk merasakan pensiun yang nyaman dibutuhkan waktu dan perencanaan yang tepat. Sayangnya, tidak ada jalan pintas untuk hal itu,” imbuhnya.

Dia berpendapat sudah saatnya para investor di Indonesia lebih realistis dalam memperhitungkan biaya masa depan mereka; termasuk dana untuk kesehatan serta memenuhi kewajiban menafkahi keluarga.

SALAH PAHAM

Sebenarnya, lanjut Karyadi, optimisme berlebihan dari para investor Indonesia itu dipicu oleh kesalahan mereka dalam memahami produk investasi dan potensi keuntungannya. Akibatnya, mereka kehilangan peluang untuk memaksimalkan kekayaannya.

“Hampir semua investor atau sebanyak 94% masih beranggapan tabungan deposito adalah produk investasi. Keengganan investor Indonesia dalam mengambil risiko juga membatasi kemampuan mereka untuk mengumpulkan kekayaan,” jelasnya.

Survei yang sama mengungkapkan tiga perempat (74%) investor Tanah Air lebih menyukai investasi yang berisiko rendah. Hal itu tercermin dari menguatnya sentimen terhadap dana tunai, dari 71% pada kuartal I/2015 menjadi 88% pada periode yang sama setahun kemudian.

Menurut Karyadi, menempatkan 60% dana pensiun di produk noninvestasi memang berisiko rendah, tetapi memberikan imbal hasil yang rendah juga. Permasalahannya, 65% investor Indonesia pede mereka telah cukup melakukan diversifikasi portofolio.

Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Legowo Kusumonegoro mengatakan setiap investor berhak untuk mendapatkan imbal hasil dari simpanan jerih payah mereka.

Dia menyarankan bentuk investasi yang memberikan imbal hasil lebih tinggi dari tabungan adalah saham dan obligasi. Sayangnya, banyak investor Indonesia yang kurang memahami cara mengakses produk investasi tersebut.

“Oleh karena itu mereka harus mencari bantuan ahli. Khusus untuk investor muda, mereka harus mencari bantuan dari sumber terpercaya guna memastikan pilihan yang diambil adalah yang terbaik untuk jangka panjang,” sarannya.

Dia mengungkapkan pada 2017 investor Indonesia mengharapkan rata-rata imbal hasil yang cukup tinggi, yaitu 11,6%. Namun, sebaiknya para investor harus lebih realistis dalam mengharapkan tingkat imbal hasil yang bisa diraup dalam kurun waktu setahun.

Dengan menyimpan sebagian besar kekayaannya dalam bentuk tabungan dan deposito jangka panjang, hampir bisa dipastikan mereka akan kesulitan untuk mencapai imbal hasil yang diharapkan.

“Kalau mau mengambil risiko yang lebih tinggi dan mengalokasikan sebagian kekayaannya pada produk seperti reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap, mereka akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan imbal hasil yang sesuai dengan harapan.”

Sekadar catatan, pada tahun lalu, indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatat rata-rata imbal hasil investasi sebesar +15,32%, sedangkan obligasi memberikan imbal hasil investasi sebesar +14,03%.

Jadi, jangan terlalu percaya diri dengan masa depan keuangan keluarga saat pensiun kelak. Jangan juga mengharapkan meraup hasil yang banyak jika enggan menghadapi risiko dalam berinvestasi.

“Para investor harus membuat portofolio pensiun yang tepat. Tidak ada rumusan yang baku untuk itu. Setiap orang memiliki tingkat toleransi risiko dan harapan imbal hasil yang berbeda-beda. Namun, merencanakan keuangan masa depan yang baik akan menguntungkan investor, terlepas dari apapun tujuan mereka saat pensiun kelak.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro