Kabar24.com, JAKARTA -- Jika pasangan Anda stres, maka kemungkinan kondisi sama juga akan menderita Anda, ungkap sebuah studi dalam jurnal Nature Neuroscience.
"Perubahan otak berhubungan dengan stres yang menopang banyak penyakit jiwa termasuk PTSD (posttraumatic stress disorder), gangguan kecemasan dan depresi. Studi terbaru menunjukkan bahwa stres bisa menular. Apakah ini memiliki konsekuensi lain di otak, tidak diketahui, " ujar Profesor, Fisiologi dan Farmakologi dari Universitas Calgary, Jaideep Bains.
Dalam studi itu, peneliti menggunakan tikus sebagai sasaran lalu mempelajari efek stres pada tikus jantan dan betina.
Mereka melepaskan satu tikus dari masing-masing pasangan dan memaparkannya pada stres ringan.
Para peneliti kemudian memeriksa respon populasi sel tertentu, khususnya neuron CRH yang mengendalikan respons otak terhadap stres.
Mereka menemukan bahwa aktivasi neuron CRH (Corticotropin-releasing hormone) ini menyebabkan pelepasan sinyal kimiawi, yang disebut "feromon alarm" dari tikus yang mengingat pasangannya.
Para peneliti mengatakan bahwa temuan ini mungkin juga bisa terjadi pada manusia.
"Kita siap mengkomunikasikan stres kita pada orang lain, terkadang tanpa menyadarinya. Bahkan ada bukti bahwa beberapa gejala stres dapat bertahan dalam keluarga dan orang-orang tercinta dari mereka yang menderita PTSD," catat Bains seperti dilansir laman Indian Express