Show

PERANCANG MODE: Musa Widyatmodjo suka tenun ikat NTT

Zulkarnaini Muchtar
Minggu, 29 April 2012 - 12:49
Bagikan

JAKARTA: Perancang mode senior Musa Widyatmodjo menilai  kain tenun ikat NTT terus dikembangkan dengan memadukan desain tradisional dan modern serta membina generasi muda untuk tertarik melestarikan budaya itu."Saya tertarik dengan kain tenun ikat ini, karena dikerjakan oleh anak umur 14 tahun dan desain memadukan desain tradisional dan garis-garis, sehingga berkesan modern," kata Musa disela-sela menyaksikan pameran Inacraft di JCC, kemarin sore.Dia tertarik membeli kain tenun ikat yang mempunyai lebar 25 cm  dan panjangnya sekitar 3 meter itu, karena merupakan karya generasi muda yang menjadi penerus penenun dan desain motifnya juga bagus. Musa langsung memakai kain tenun ikat yang dibelinyya itu.Sementara itu, Umbu Agung , 45, ayah Umbu Kudu Marambalewa, 14, yang ikut pameran Inacraft di JCC mengatakan anaknya terarik belajar bertenun sejak dua tahun lalu. Lebar kain tenun mencapai 25 cm,  yang sesuai dengan tubuhnya yang masih kecil.Kain tenun yang dikerjakan anak Umbu itu berupa kain tenun ikat yang multi fungsi. Di daerahnya, katanya, kain tenun ukuran kecil  digunakan untuk ikat pinggang, atau stagen, namun bagi orang perkotaan dapat dipakai sebagai scarf.Umbu Agung, mengatakan banyak tahap-tahapan proses pembuatan kain tenun ikat itu. Dia bekerja bagian ikat untuk membuat motif. Profesi itu sudah dilakoninya sejak puluhan tahun yang lalu."Motif binatang banyak yang saya buat," kata  Umbu yang tinggal di Kel. Prayliu, Waingapu, Sumba Timur, NTT.Motif-motif kain tenun ikat itu dapat berupa buaya, ular, udang, gajah, dan kuda. Sedangkan untuk pewarnaan, katanya,  dikerjakan di kelurahan lain yang masing-masing sudah mempunyai keahlihan berbeda. Umumnya kain tenun itu memakai warna alami dari mengkudu menghasilkan warna merah, daun nila menghasilkan warna biru, dan warna cokelat merupakan campuran warna biru dan merah.Fungsi kain tenun ikat di daerahnya, kata Umbu, tidak hanya sebagai pakaian saja, tapi juga merupakan kain adat.Anak perempuan harus bisa bertenun. Kalau mau menikah, katanya, yang ditanya jumlah kain tenun yang dimiliki. Anak perempuan, katanya, menyerahkan kain tenun kepada keluarga laki-laki.(faa) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Dara Aziliya
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro