BISNIS.COM, JAKARTA -- Indonesia membutuhkan dokumentasi penelitian terkini tentang wastra untuk melestarikan wastra sebagai kebudayaan nasional.
Wastra adalah kain tradisional yang sarat makna. Pelestari batik, Asmoro Damais, mengatakan saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia tidak lagi mengenal wastra dengan makna sebenarnya.
Misalnya, kain dengan bangun tulak merah putih yang biasa dijumpai di prosesi pernikahan adat Jawa kacar kucur. Merah putih sesungguhnya melambangkan warna dasar dalam kehidupan manusia.
"Kita yang memakai sudah tidak tahu lagi artinya. Di sini pentingnya pencarian informasi," ujar Asmoro saat talkshow bertajuk Selayang Pandang Kain Kembangan, Sabtu (6/4/2013).
Konkretnya, perlu dibuat buku panduan agar masyarakat paham makna di balik wastra. Kembali lagi pada contoh di atas. Menurut Asmoro, presiden pertama Indonesia, Soekarno, tidak asal-asalan memilih merah dan putih sebagai warna bendera Indonesia. Pemilihan warna tersebut bisa jadi karena pertimbangan merah putih sebagai warna panji kerajaan Majapahit.
"Maka perlu dibuat satu panduan supaya wastra yang kita pakaikan ke anak saat dia menikah, kita semua tahu artinya. Sekarang pakaian pernikahan dipilih event organizer, bukan lagi keluarga. Makna keluarga menjadi hilang, anak juga tidak paham maknanya," kata Asmoro.
Diskusi kecil mengenai wastra diselenggarakan Himpunan Wastraprema sebagai bagian dari kegiatan Puspa Pesona Wastra Tokoh Perempuan Indonesia. Anggota Wastraprema berjumlah sekitar 200 orang, berasal dari berbagai kalangan masyarakat, termasuk warga asing pemerhati kain adati.