BISNIS.COM, JAKARTA--Dalam upaya sosialisasi dan deteksi dini kanker serviks, seluruh siswa SMP dan SMA di DKI Jakarta pada masa orientasi siswa (MOS) tahun ini, akan mendapatkan edukasi mengenai kesehatan reproduksi dan pencegahan kanker serviks.
Veronika Basuki Tjahaja Purnama, Ketua Yayasan Kanker Indonesia DKI Jakarta, mengatakan hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai kanker, yang diakibatkan HPV atau human papillomavirus. Jadi, perlu disosialisasikan sejak usia muda.
Edukasi yang menyasar para pelajar ini dalam rangkaian kegiatan Bulan Cegah Kanker Serviks (Bucekas), yang diluncurkan Female Cancer Program FKUI RSCM.
"Para pelajar harus terus diingatkan untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Apalagi kanker ini mudah ditularkan melalui kontak kulit kelamin," kata Veronika pada acara peluncuran tersebut di Puskesmas Kelurahan Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Selasa (14/5/2013).
Menurut istri Wagub DKI Basuki Tjahaja Purnama itu, melalui edukasi pelajar diharapkan mengetahui cara-cara pencegahan, dengan melindungi diri dari faktor risiko dan penyebabnya.
Dia menjelaskan kegiatan tersebut diisi dengan edukasi dan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) secara gratis, selama Mei-Juni 2013 di puskesmas di lima wilayah DKI Jakarta. "Ditargetkan 1,4 juta perempuan penduduk DKI terbebas dari kanker serviks pada 2017," tambahnya.
Dokter Laila Nuranna, Ketua Panitia Bucekas dan Koordinator FCP/FKUI, menambahkan pemberian edukasi ini antara lain karena di Indonesia setiap satu jam seorang perempuan meninggal karena kanker serviks (kanker leher rahim).
Di Jakarta sendiri, katanya, setiap 3 hari dua orang perempuan meninggal dunia akibat keganasan kanker ini. "Sebanyak 70% perempuan yang memeriksakan dirinya, sudah berada dalam stadium lanjut. Padahal kanker ini dapat dicegah sejak dini," ujar Laila.
Dia menuturkan program Bucekas ini merupakan langkah positif untuk menyadarkan kaum perempuan, bahwa pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Deteksinya dapat dilakukan di puskesmas melalui metode IVA.
"Metode IVA terbukti baik, biayanya terjangkau, dan dapat dilakukan di daerah, bisa dilakukan oleh dokter umum, bidan, dan bahkan perawat terlatih," ungkapnya.
Metode IVA adalah dengan cara mengoleskan asam asetat atau cuka dapur yang diencerkan (3%-5%) ke leher rahim untuk melihat kondisi serviks. Jika ditemukan kelainan prakanker (IVA positif), dapat langsung ditangani dengan krioterapi (terapi gas dingin).
Melalui motede model ini, ujarnya, pencegahan kanker serviks dapat dilakukan di tingkat puskesmas.
Laila menjelaskan HPV ditularkan melalui hubungan seks. Risiko dimulai dari kontak seksual pertama. Semua perempuan berisiko terkena kanker serviks tanpa memandang usia dan gaya hidup sehingga edukasi ini dinilai penting.