Show

Takashi Kuribayashi Gelar Pameran Ruang dan Batas

Herry Suhendra
Minggu, 28 Juli 2013 - 21:30
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Takashi Kuribayashi, seniman asal Jepang, menggelar pameran tunggal di Selasar Sunaryo Art Space dengan memajang sejumlah karyanya yang dibuka untuk umum mulai hari ini, Minggu (28/7/2013).

Pameran dengan tema Threshold | Ambang ini menampilkan persoalan ruang dan batas yang hampir selalu menempati posisi yang sentral dalam karya-karya seniman asal Jepang ini. Pameran ini berlangsung sampai 25 Agustus 2013.

“Selama ini Takashi Kuribayashi bekerja dengan medium dan teknik yang cenderung beragam patung, instalasi, gambar, video, fotografi, dan lainnya,” kata kurator pameran Agung Hujatnikajennong, Minggu (28/7/2013).

 Sejak awal 2000-an, proyek-proyek Takashi berupaya melihat sejauh mana ruang dan batas dapat didefinisikan ulang.

Takashi melihat bagaimana hubungan-hubungan di antara kedua konsep tersebut selalu menarik untuk dibongkar dan dikonstruksi kembali untuk mendorong kesadaran-kesadaran baru. Pameran tunggalnya, Threshold | Ambang, kali ini juga masih didorong oleh motif yang kurang lebih sama.

Kesadaran Takashi tentang pentingnya persoalan ruang banyak dipengaruhi oleh kegemarannya bepergian dan hidup berpindah-pindah tempat. Sebagai seorang Jepang yang merantau di Jerman selama 12 tahun, Takashi faham betul bagaimana konsep ruang dan batas lebih mengakar dalam kebudayaan kontinental, khususnya dalam konteks masyarakat Barat.

Selama 2 bulan tinggal di Bandung, Takashi bekerja berdasarkan beragam karakter arsitektural ruang di Selasar Sunaryo Art Space. Selama residensinya, sebagian besar waktu dia habiskan terlebih dulu untuk mengamati dan mempelajari struktur ruang, bidang-bidang dinding dan alur ruang pamer secara rinci dan seksama.

Dalam salah satu ruangan, dia menghadirkank instalasi Tornado ID no. 001 (2013) berupa replika tetrapod besar yang tergenang air.

Tetrapod adalah blok beton berkaki empat yang digunakan untuk mengamankan kawasan tepi laut dari hantaman tsunami. Karya ini merujuk pada kontradiksi pada peristiwa 3 Desember, ketika keberadaan ribuan blok tetrapod pengaman di sepanjang pantai justru memperparah dampak bencana.

Gempa dan tsunami juga terjadi pada 11 Maret 2011 di kawasan Tohoku-Jepang.

Ketika tsunami terjadi, gelombang air laut yang sangat kuat ternyata dapat menyeret blok-blok beton itu ke daratan dan menghancurkan rumah-rumah.

Menurut Takashi, elemen alam dalam instalasinya sama sekali tidak dimaksudkan untuk membangun ruang artifisial. Alih-alih, elemen itu adalah jalan masuk untuk membicarakan bagaimana persepsi tentang alam telah terkonstruksi oleh cara berpikir manusia yang didaktik dan cenderung sempit.

“Pada akhirnya, saya cenderung mengatakan bahwa karya-karya Takashi dalam pameran ‘Threshold | Ambang’ ini seperti tengah menguji kembali kepekaan kita terhadap persoalan-persoalan sosial,” kata Agung.

Melalui imajinasi tentang ruang, ambang dan batas kita bisa memahami berbagai posisi, perbedaan, jarak, kedekatan, keterasingan, eksistensi manusia dan lain sebagainya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Herry Suhendra
Editor : Fatkhul Maskur
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro