Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani menyampaikan niatnya untuk mendaftarkan tenun ikat Indonesia sebagai warisan dunia tak benda ke UNESCO pada 2017 mendatang.
Hal itu diutarakannya saat membuka pagelaran mode Gelar Karya Samuel Wattimena: Evolusi Tenun Tenggara di Museum Tekstil, Rabu (12/11).
“Tenun ikat adalah salah satu industri kreatif berbasis kain tradisional yang dapat memberikan manfaat bagi rakyat,” ujarnya dalam sambutan. Dia pun berjanji untuk terus mendorong ukm-ukm yang memproduksi kain-kain tradisional dan membantu pelestariannya.
Puan pun bercerita tentang latar belakang keluarganya yang sudah sangat akrab dengan kain-kain tradisional (wastra). Sejak kecil, dia telah diminta untuk menghargai nilai-nilai yang terdapat pada kain tradisional milik ibu dan neneknya yang gemar mengoleksi kain adat.
“Sebulan sekali saya melihat ibu mengeluarkan kain tradisional untuk diratus, diberi wewangian,” ceritanya.
Dia juga kerap kali melihat koleksi kain tradisional keluarganya diberi merica supaya tidak dirusak oleh serangga. Saking cintanya ibunya dengan kain tradisional koleksinya, bahkan Puan pun tidak diizinkan untuk sekedar menyentuh apalagi memakainya.
Awalnya, dia tidak mengerti mengapa anak sekecil dia sudah harus memahami nilai-nilai yang terkandung pada kain songket, batik, tenun, ulos, dan masih banyak lainnya.
Namun seiring perjalanannya menjadi dewasa, perlahan dia pun mulai menyukai dan memahami maksud keluarganya “menjejali” dia dengan pengetahuan tentang kain tradisional Indonesia.
“Karena waktu kecil saya tidak pernah diperbolehkan menyentuh kain tradisional koleksi ibu, maka waktu menikah saya meminta untuk pakai kain paling tua yang dimiliki ibu,” katanya.
Akhirnya Puan pun merasakan kebanggan memakai kain tradisional jawa dan songket palembang dalam upacara adat pernikahannya.
Kini, budaya keluarganya itu juga diturunkan kepada anaknya. Puan mengaku dia kerap kali meminta anak-anaknya mengenakan corak kain tradisional sesuai selera masing-masing.
Awalnya, anak-anaknya akan memilih warna-warna cerah khas anak muda. Namun perlahan-lahan, kini mereka pun mulai menyukai motif klasik kain tradisional Indonesia.