Bisnis.com, JAKARTA— Orang berbadan kurus tak lepas dari risiko sakit diabetes melitus (kencing manis). Jadi, jangan dianggap hanya orang gemuk saja yang mengidap diabetes melitus.
Orang berbadan kurus juga memiliki kemungkinan terserang diabetes tipe 2. Studi di Newcastle Universtity menemukan bahwa risiko diabetes tergantung pada seberapa baik tubuh Anda dapat menyimpan lemak. Hal ini menunjukkan bahwa indeks massa tubuh (BMI)- ukuran berat dibandingkan dengan tinggi - merupakan prediktor yang kurang akurat mengukur risiko diabetes.
Lemak mungkin tak terlihat di pinggul atau perut, tapi akan ada kemungkinan berada di organ tubuh kita. Beberapa orang mungkin tampak sehat-namun organ internal menyimpan lemak yang tinggi. Diabetes dipicu lemak yang menyumbat hati dan pankreas, yang sangat penting untuk memproduksi insulin dan mengontrol gula darah.
Para ilmuwan dipimpin Roy Taylor, profesor bidang kedokteran dan metabolisme, menemukan bukti yang berlaku pada siapa pun - bahkan jika mereka normal atau memiliki berat badan rendah - dapat terkena diabetes meskipun memiliki pola makan sehat dan melakukan olahraga yang cukup.
Penelitian yang diterbitkan dalam akalah di situs ilmiah jurnal Science Clinical, membantah pandangan yang dipegang oleh banyak dokter bahwa diabetes tipe 2 adalah semata-mata akibat dari obesitas atau kelebihan berat badan.
"Kita semua memiliki ambang lemak pribadi," kata Profesor Taylor, Selasa (16/12/2014).
"Jika kadar lemak tubuh Anda naik di atas itu, Anda mungkin mengembangkan diabetes tipe 2."
Penelitian ini mengungkapkan bahwa satu dari setiap dua orang yang didiagnosis dengan diabetes tipe 2 tidak terjangkit obesitas.
Kontrol Gula
Setelah seseorang naik di atas ambang batas ini, kemampuan tubuh mereka untuk mengontrol gula darah mulai untuk perlahan-lahan menurun ke bawah, sampai akhirnya malfungsi.
Lebih lanjut dia menjelaskan, ”Kelebihan lemak terakumulasi sangat lambat dalam hati, dan kemudian di pankreas.”
"Hal ini memicu perubahan progresif lambat yang akhirnya mencapai titik batas, ketika sel-sel yang memproduksi insulin dari pankreas tidak bisa lagi merespons kenaikan glukosa darah,” kata Roy.
Bertentangan dengan pandangan universal di kalangan dokter yang mengatakan diabetes tipe 2 pada orang non-obesitas memiliki sebab yang berbeda dari obesitas umum,.
“Itu hanyalah sebuah penyakit yang disebabkan terlalu banyak lemak dalam seorang individu,” katanya.
Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa seharusnya tidak lagi mengandalkan BMI sebagai indikator risiko utama. Pembacaan BMI, sementara masih panduan yang baik untuk kesehatan umum dan berat, tidak dapat diandalkan sebagai jaminan individu atau peringatan tentang diabetes tipe 2, karena penelitian menunjukkan terjadinya diabetes tipe 2 kemungkinan tergantung kondisi kerentanan individu.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa satu dari setiap dua orang yang didiagnosis dengan diabetes tipe 2 tidak obesitas (dengan BMI lebih dari 30) tetapi hanya kelebihan berat badan (antara 25 dan 29,9) atau sehat (antara 18,5 dan 24,9).
Tim peneliti menggunakan data dari Inggris dengan responden 5120 orang calon penderita diabetes, dengan yang baru didiagnosis tipe 2 terdaftar antara tahun 1977 dan 1991, yang merupakan dasar dari banyak pemahaman diabetes saat ini.
Sekitar 10 persen dari mereka adalah pengidap diabetes tipe 2 (200.000 orang) memiliki berat badan yang normal. Profesor Taylor dan tim masih belum mengetahui dengan jelas apa yang menentukan ambang batas lemak individu seseorang, tetapi mereka merencanakan penelitian lebih lanjut. (Bisnis.com)
BACA JUGA:
AHOK Berangkatkan 30 Penjaga Masjid Umrah
FINAL PIALA AFF 2014: Prediksi Malaysia Vs Thailand, Ini Strategi Harimau Malaya