Bisnis.com, JAKARTA-- Lesunya kunjungan wisatawan ke Petra, kota tua yang terkenal di Yordania, membuat beberapa hotel gulung tikar.
Dilansir News.co.au, Rabu (1/4/2015), Ketua Asosiasi Hotel Petra Khaled Nawafleh mengatakan di Wadi Mousa, 10 dari 38 hotel tutup. Termasuk di antaranya, sembilan hotel lainnya pada tahun lalu saat jumlah pegawai disesuaikan kembali.
BACA JUGA: Konflik Suriah-Irak Bikin Daya Tarik Petra Hilang
Kota tersebut, ucapnya, telah kehilangan 1.500 pekerjaan di sektor pariwisata.
Nawafleh mengatakan dia menjaga Hotel Amra Palace tetap buka hingga kini. Kendati, hanya 20% kamar yang terisi dibandingkan pada Maret yang menyentuh 60%.
Tempat lain yang turut terdampak sepinya kunjungan ke Petra adalah toko cinderamata yang diatur mengelilingi lapangan. Biasanya, kemacetan terjadi di puncak kunjungan wisatawan seperti saat ini. Beberapa hari sebelumnya, hanya beberapa orang yang berjalan mengelilingi plasa, tempat toko hadiah Indiana Jones yang berasal dari scene film “Indiana Jones and the Last Crusade” pada akhir 1980-an.
Sebelum musim semi di Arab, industri pariwisata Yordania menguat dengan 8,2 juta pengunjung di 2010. Berdasarkan data World Bank, angka itu turun menjadi 5,4 juta pengunjung pada 2013. Managing
Direktur Departemen Pariwisata Yordania Abdel Al razzaq Arabiyat mengatakan percepatan penurunan di tahun ini, ditunjukkan dengan angka penginap turun sebanyak 50% di dua bulan pertama 2015.
Imbas
Juru Bicara pemerintah Mohammed al-Momani mengatakan ketidakstabilan tersebut berimbas langsung pada indikator ekonomi daerah. Sebagai contoh, dia menyebut sektor pariwisata dan penanaman modal asing.
“Ketidakstabilan di daerah berimbas pada indikator ekonomi, umumnya di sektor pariwisata serta penanaman modal asing,” katanya.
Di saat yang sama, ratusan ribu pengungsi dari perang sipil Suriah yang sekarang memasuki tahun kelima telah membuat pelayanan publik memburuk.
Menurut World Bank, ekonomi Yordania lebih baik dari rata-rata daerah dengan proyeksi pertumbuhan 3,4% pada 2015 dibandingkan pada 2014 dengan pertumbuhan 1,2% yang dicapai seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara.
Kemerosotan tersebut lantas mengancam ribuan pekerjaan di sektor pariwisata, sebuah kerugian bagi Yordania yang harus dibayar. Angka pengangguran mendekati 12%, meskipun pada kenyatannya angka tersebut justru lebih tinggi. Terutama, bagi generasi muda Yordania yang berpotensi meningkatkan ekstremis.